DACROS - BAB 2

May 5, 20151comments

Cover by Alya Feliz

INSIDEN KECIL


"Selamat datang di rumahku!" teriak Sharon dengan riang sambil menarikku masuk ke dalam rumahnya. “Meskipun tidak semewah rumahku di dunia vampir, tapi rumah ini terasa nyaman. Dunia manusia mempunyai empat musim, jadi rumah ini disesuaikan dengan musim-musim itu. Setidaknya itu yang kutahu dari manusia yang menjual rumah ini.”
Rumah yang terlihat minimalis di luar, tapi ternyata luas di dalam. Jika dilihat dari luar, rumah ini terlihat seperti rumah kayu biasa yang kotor dan tak terawat. Banyak sekali daun-daun kering di atapnya dan warna dinding kayunya abu-abu kusam, seperti tak pernah dihuni oleh siapapun. Tapi begitu masuk ke dalam, dindingnya berupa tembok yang bersih dan berwarna coklat muda. Bahkan aku bisa melihat perabotan rumahnya yang terlihat mewah dan semuanya seperti baru. Hm, selera Sharon bagus juga. Setidaknya rumah ini terasa nyaman dan jauh dari hutan. Tadi kami harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari hutan ke sini dengan benda kotak yang memiliki empat bulatan di bawahnya. Sharon bilang namanya mobil, kendaraan manusia untuk membawa mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ah, aku baru ingat dengan benda itu. Ternyata jauh lebih bagus dan besar daripada gambarnya di buku sejarah.
Selama dua minggu tinggal di hutan manusia, aku harus berbagi tempat tidur dengan makhluk-makhluk lain. Meskipun peri hutan mau berbaik hati membagi tempat tidurnya denganku, tapi aku tak mau mengambil resiko diapa-apakan oleh peri pria itu. Untuk itulah lebih baik aku tidur di atas rerumputan bersama dengan hewan-hewan tak kasatmata. Jika Griffin, makhluk berkepala elang dan bertubuh singa, sedang turun untuk mengecek hutan, aku akan terbebas dari makhluk-makhluk berjenis kelamin pria yang menatapku dengan penuh nafsu. Griffin sangat menyukaiku, karena dia bilang aku adalah makhluk yang baik. Hah, sekarang aku merindukan makhluk raksasa itu. Dia adalah raja hutan dan udara, dan dia bisa mendeteksi mana makhluk yang baik dan mana makhluk yang jahat. Tapi sekarang aku sudah punya Sharon dan rumahnya yang nyaman.
"Jadi, kenapa kau lebih memilih untuk tinggal di sini? Apa kau tak takut kalau manusia akan curiga padamu?" tanyaku sambil mendekat ke lubang segi empat di dinging batu-bata yang berisi api. Kenapa ada hal semacam ini di rumah ini? Apa Sharon tak takut jika rumahnya kebakaran?
"Saat aku tak lapar, mereka akan bersikap biasa saja padaku. Terkadang aku terpaksa memakai lensa kontak untuk menutupi warna merah pada iris mataku saat ke kantor. Itupun jika tingkat kelaparanku masih ringan. Jika sudah terlalu lapar, aku lebih memilih untuk tidak masuk kerja," jawabnya sembari melepaskan mantelnya.
"Kantor?" tanyaku tak percaya. Setahuku, kantor adalah tempat para manusia untuk melakukan kegiatan yang ada hubungannya dengan mencari harta. Kelihatannya membosankan, dilihat dari ruangan kotak-kotak yang memiliki benda kotak dan meja kotak. Sungguh monoton.
"Yeah, aku harus berpura-pura menjadi manusia jika ingin diterima di sini. Aku sudah lelah hidup di dunia vampir. Mereka selalu saja melakukan peperangan untuk memperebutkan kekuasaan," jawab Sharon lalu beranjak menuju ke ruangan lain.
Aku memandang api di ruangan kecil yang baru kuingat bernama perapian itu dengan pikiran kosong. Memangnya bisa tinggal di dunia milik makhluk lain? Aku membuka telapak tangan kananku, namun tak ada apapun yang keluar dari sana. Keningku berkerut heran. Apa di dunia manusia, kekuatanku menjadi tidak berfungsi? Atau karena aku mengubah wujudku menjadi seperti manusia?
"Umm...Candice? Kau mau minum apa? Aku tak begitu tahu dengan makanan dan minuman Dacros," tanya Sharon dari belakangku, membuatku berbalik menghadapnya. “Umm, sebenarnya aku baru tahu jenis makhluk sepertimu. Mungkin karena aku lebih sering tinggal di dunia manusia.”
Aku mengerjapkan mata lalu memandangnya yang berdiri tak jauh dariku.
"Ouh, umm...sebenarnya aku sangat menyukai air bunga mawar. Tapi kalau kau memiliki teh atau bunga lainnya, aku akan tetap meminumnya," jawabku lalu tersenyum.
Sharon mengerutkan keningnya. Mungkin dia heran dengan minuman kesukaanku. Yeah, di dunia dacros, kami biasanya meminum air yang dicampur dengan bunga. Air bunga itu berguna untuk membuat tingkat kewaspadaan kami tetap tinggi, bahkan kami bisa bertahan untuk tidak makan selama seminggu. Aku sangat menyukai air bunga mawar karena itu bisa membuat kulitku bersinar, sedangkan Alvon....Oh, tidak! Aku malas membahas tentang pengkhianat itu. Kulihat Sharon kembali berjalan menuju ke ruangan lain saat aku masih sibuk dengan pikiranku.
"Kau tidak mandi dan ganti baju? Kau bisa memakai bajuku untuk sementara. Besok ikutlah bekerja denganku. Bagaimana? Rasanya sangat menyenangkan berteman dengan manusia. Mereka sangat pintar mengekspresikan emosinya," tawar Sharon setelah kembali dari ruangan lain, sambil meletakkan secangkir teh hijau di atas meja dekat perapian. Aku mengikutinya duduk di sebuah sofa panjang berwarna coklat muda.
"Hmm, ide bagus. Aku tak mau terus bergantung padamu," jawabku menyetujui, sekaligus penasaran dengan pekerjaan di dunia manusia. Apa aku harus menggunakan pedangku?
"Hei, kau boleh tinggal di sini selama yang kau mau. Pokoknya aku tak akan membiarkanmu pergi dari rumah ini dan mencari apartemen lain. Aku punya banyak kamar di sini dan banyak baju. Kau tak usah..."
"Sharon." Aku tersenyum geli saat melihat Sharon langsung salah tingkah dan meringis. Rupanya dia sudah terpengaruh oleh manusia, hingga menjadikannya sosok vampir yang cerewet seperti ini. “Aku bahkan tak tahu seluk beluk dunia manusia, apalagi apartemen yang kau bicarakan tadi.”
"Maaf, aku sudah terbiasa bergaul dengan manusia, jadi aku banyak bicara," ucapnya dengan malu-malu. “Tapi aku akan dengan senang hati mengajarimu banyak hal mengenai dunia ini. Kau juga bisa pergi ke salon untuk perawatan. Ugh, rambut indahmu membuatku iri. Kenapa warnanya bisa begitu hitam berkilau seperti ini? Dan kulitmu putih cerah, bukan putih pucat. Kau bahkan tak perlu menggunakan lipstik untuk mewarnai bibirmu yang sudah merah,” gerutunya dengan wajah cemberut.
Aku hanya tertawa melihat tingkahnya yang membuatnya terlihat imut, alih-alih terlihat kejam seperti kebanyakan vampir. Kalau boleh jujur, aku bahkan tidak mandi selama dua minggu terakhir, jadi aku bahkan tak tahu bagaimana rupaku saat ini. Memalukan! Setidaknya tak ada pria tampan yang melihatku dalam keadaan seperti ini. Pria cantik seperti peri hutan atau elf tidak termasuk kedalam hitungan.
"Sebaiknya kau mandi dulu. Apa kau merasa nyaman dengan pakaian kumal seperti itu? Kau bisa memakai kamar kosong di sebelah kamarku, kebetulan tadi aku sekalian menyiapkannya. Di sana sudah ada baju di dalam lemari, kau bisa menempati kamar itu dan nyamankan dirimu. Ayo, cepatlah bersihkan dirimu," paksa Sharon sambil menarikku menaiki tangga menuju ke sebuah ruangan yang terlihat nyaman.
"Kalau kau lapar, kau bisa segera turun ke bawah. Aku tak tahu apa makanan dacros, jadi aku menyiapkan makanan manusia di meja makan. Tapi kalau kau tak mau, nanti aku akan membuatkanmu makanan yang lain," pesan Sharon sebelum keluar dari kamar yang kini kutempati.
Aku mengamati kamar yang lumayan luas ini. Setidaknya kamar ini lebih baik daripada kamar sialanku yang dulu. Baiklah, Candice. Lupakan tentang kamar nyamanmu, karena kau sekarang adalah buronan. Kamar ini punya ranjang yang terlihat empuk dan nyaman, jadi berterima kasihlah pada teman barumu.
Dengan riang aku melepaskan pakaianku dan segera memasuki kamar mandi. Setelah menyiapkan air hangat di dalam bak mandi, aku segera berendam dan menikmati rasa hangat yang membuat tubuhku langsung terasa rileks. Meski rasanya berbeda dengan air dari dunia dacros, aku tak mau memikirkannya. Masih bisa bertahan hidup saja sudah merupakan suatu anugerah bagiku. Sambil memejamkan mata, aku membayangkan rumah. Tidak, lebih tepatnya duniaku. Dunia yang penuh dengan kesenangan dan kemewahan. Dunia manusia tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dunia dacros. Dacros paling miskin di sana sama dengan manusia paling kaya di sini. 
Selama ini dacros hanya dianggap sebagai mitos bagi makhluk-makhluk selain manusia. Bagi manusia sendiri? Mungkin mereka malah tak pernah mendengar kami. Makhluk supernatural yang terkenal bagi mereka adalah vampir, werewolf, elf, peri, mermaid dan sejenisnya? Huh, mereka tidak tahu saja, jenis-jenis makhluk supernatural sangat banyak di dunia ini, dan kebanyakan dari kami adalah tak kasatmata. Hanya di dunia manusia kami bisa bebas keluar masuk tanpa adanya hukuman. Untungnya aku sempat mempelajari sejarah makhluk-makhluk dunia, dan dari situ aku tahu bahwa manusia adalah makhluk yang merasa dirinya paling sempurna dan bisa melakukan segalanya. Hei, mereka bahkan membutuhkan mobil untuk berpindah tempat, tidak bisa langsung datang dalam sekali kedipan mata. Jadi apanya yang sempurna?
Dacros memiliki bau yang harum dan khas. Harum yang terpancar dari tubuh kami tak bisa dideskripsikan dengan wewangian ciptaan manusia. Jika saja manusia bisa menciumnya, mereka akan linglung dan tak mampu memikirkan apapun kecuali mencari keberadaan kami. Untuk itulah aku menyamarkan bauku. Hal yang sama juga berlaku untuk makhluk supernatural lain. Beberapa makhluk yang tahu keberadaan kami akan berusaha menjauh, karena bau kami bisa menyebabkan mereka lupa dengan tujuan hidupnya. Untungnya keberadaan dacros sangat jarang diketahui. Kami memang berbahaya.
Jika manusia memiliki banyak ras, maka dacros memiliki dua ras, yaitu White Dacros dan Black Dacros. Kedua ras itu sering berperang karena masing-masing ingin menguasai dunia dacros dan menjadi yang terkuat. Sepertinya isu ras memang sensitif di dunia makhluk manapun. Untungnya tidak setiap hari kedua ras berperang. Mereka akan berperang setahun sekali, saat perayaan pergantian tahun. Tradisi yang aneh memang. Dan selama ini White Dacros selalu menang, karena ayahku begitu kuat. Namun saat ini Raja baru Black Dacros masih sangat muda dan kuat. Kekuatannya setara dengan kekuatan ayah, atau bahkan mungkin melebihi? Entahlah aku tidak terlalu mengenal raja baru itu. Untuk itulah ayahku sedikit khawatir jika suatu saat nanti ia kalah dan dunia dacros akan dikuasai oleh Black Dacros.
Namun satu hal yang harus kalian ketahui. Bukan berarti White Dacros akan selalu baik dan Black Dacros akan selalu jahat, karena pada kenyataannya ras White Dacros sangat bernafsu untuk melenyapkanku begitu ibuku meninggal di depan mata kepalaku sendiri. Berbeda sekali dengan ras Black Dacros yang tidak mempermasalahkanku saat aku menyelinap ke kamar....Oh, sial! Kenapa aku harus mengingat kejadian itu? Aku terpaksa harus melakukannya untuk bertahan hidup, oke. Hanya kalung dari Raja yang sialnya masih sangat muda itu yang bisa menyamarkan bauku.
"Siapa kau?"
Aku terlonjak kaget saat mendengar teriakan seseorang dari sampingku dengan mata memerah dan taring memanjang, sama seperti Sharon tadi ketika berubah ke wujud aslinya. Ia menatapku seolah-olah aku ini adalah makanan yang paling lezat di dunia. Satu pertanyaan. Apakah kulit vampir selalu berubah warna setiap kali berubah wujud? 
***

Made by Alya Feliz (Edisi Revisi)
2015




Share this article :

+ comments + 1 comments

Anonymous
Mar 24, 2016, 2:53:00 PM

walaupun bnyak direvisi ttep bgus critanya

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015. OPEN MINDED - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger