RIDE by CAT JOHNSON - BAB 2

April 7, 20151comments

Istirahat hampir berakhir dan para fans mulai menduduki tempat duduk mereka untuk babak kejuaraan. Chase Reese membawa pembelian terbarunya turun ke lorong yang panjang dan relatif tenang menuju ke keramaian dan aksi di arena. Berat dari tali baru terasa tepat di tangannya. Bunyi kelantingan dari bel sapi tua terdengar familiar mesipun tali bantengnya sendiri masih terlihat aneh. Bahkan jika dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak peduli dengan pendapat orang lain, saat dia menggunakan tali baru tepat sebelum final, dia masih membutuhkannya untuk merasa seperti ini. Masing-masing penunggang membuatnya terlihat familiar, terlebih miliknya sendiri, dan membuatnya lebih percaya diri karena dia telah membuat keputusan yang tepat. Dia memerlukannya untuk melakukan perubahan drastis agar ia bisa keluar dari ketertinggalannya.

Kebanyakan penunggang yang ia tahu menggunakan tali banteng yang sama sampai compang camping dan tercabik-cabik, karena mereka takut melakukan perubahan pada persneling mereka yang mungkin akan mempengaruhi konsentrasi mereka atau perjalanan mereka. Pengendara banteng bisa menjadi sekumpulan takhayul. Beberapa dari mereka memiliki ritual yang sama sebelum menunggang. Yang lainnya menghindari warna tertentu saat menunggang. Chase cemberut pada ide itu. Jika memakai kaos kuning berarti kecelakaan sementara kaos merah sama dengan sembilan puluh poin, olahraga ini akan terasa mudah.

Dia tak percaya dengan takhayul seperti itu, tapi dia tidak bisa menghabiskan banyak waktu seperti yang dia lakukan dengan orang-orang ini dan tidak punya apapun yang mereka pikir menular padanya. Dia sudah melihat beberapa padangan simpatik dan gelengan kepala yang bersifat menghakimi, ketika ia masuk ke arena dengan tali baru yang masih asli dua malam yang lalu. Lebih buruk lagi, Chase tahu beberapa keraguan kecil sudah melekat pada dirinya, sampai pantatnya memukul punggung banteng dan dia melilitkan tali baru ke sekeliling sarung tangannya di malam pertama itu. Kebanyakan setiap penunggang kecuali Mustang Jackson, berpikir bahwa dia mencari masalah dengan mengganti tali sebelum kompetisi terbesar di tahun ini.

Ketika dia berjalan, Chase menatap tali itu sekarang bercampur dengan gala dan kotoran, dan menyadari bahwa keputusannya sudah benar. Pacuan barunya, pembelian terbarunya yang lain, berbunyi dengan setiap langkah dari sepatu botnya yang menghantam tanah. Bukti lebih lanjut bahwa apa yang telah Mustang katakan padanya benar. Bukan apa yang kau lakukan atau pakai yang membuatmu berada di puncak. Apa yang kau lakukan di atas bantenglah yang terpenting. Chase harus melakukan hal yang benar di kompetisi ini. Namanya yang tercantum tinggi di papan pemimpin dengan jelas menunjukkannya.

Pemikiran itu menambahkan sedikit musim semi dalam langkahnya ketika ia keluar dari lorong panjang antara ruang ganti dan arena, dan kekuatan penuh event yang terjual habis memacunya. Berhenti di area belakang tempat peluncuran, Chase melemparkan talinya ke atas pagar dan mengambil waktu sejenak untuk melihat-lihat ke sekeliling. Pusat olahraga yang penuh sesak, keramaian dari kerumunan, kru dan kamera televisi—bisa dengan mudah meliput seorang anak berusia 22 tahun dari Oklahoma. Chase tidak bisa membiarkannya mengusiknya. Terkadang lebih mudah berbicara daripada melakukan.

Suara sepatu bot dan pacuan tepat di belakangnya membuat Chase berbalik untuk melihat temannya, Garret, mendekatinya. “Satu balapan lagi, lalu kita selesai dengan musim ini. Kau tahu artinya, kan?”

“Aku harus pulang selama lebih dari beberapa hari sebelum aku pergi lagi.” Hidup di jalanan memang menyenangkan, tapi ada suatu hal yang tak bisa diabaikan dari masakan ibunya. Dan Chase merindukan kakaknya.

“Yeah, tapi itu juga berarti kita bisa bersenang-senang malam ini, karena kita tak harus balapan atau bahkan bepergian besok.” Garret menyeringai.

Chase mengangguk. “Yup. Aku pikir juga begitu. Apa yang mau kau lakukan?”

“Aku mau melakukan apapun dan semuanya. Ini adalah Vegas, sayang! Kita bisa tetap bangun sepanjang malam dan tidur sepanjang hari keesokan harinya jika kita mau.” Dengan gesekan logam pada logam, Garret bersandar kembali dan mengaitkan tumit dari salah satu bot di bagian bawah pagar.

“Tidak begitu tepatnya. Kita punya acara amal besok. Ingat?” Chase tertawa melihat ekspresi terserang di wajah Garret. “Jangan bertingkah seolah-olah ini adalah akhir dari dunia. Aku masih menanti-nanti untuk menenggak beberapa minuman dingin begitu kita selesai balapan di sini malam ini.”

Ini adalah kompetisi terakhir sebelum istirahat mereka, mereka bisa melakukan beberapa kerusakan di tubuh mereka dengan berpesta selama satu atau dua malam—Chase akan punya banyak waktu untuk pergi ke gym saat dia pulang ke Oklahoma—tapi mereka tak bisa melewatkan acara penggemar atau mereka akan berada dalam masalah besar.

“Aku berencana untuk bersenang-senang total malam ini. Sial! Aku melupakan acara meet and greet besok. Kemarin adalah ulang tahunmu dan kita tidak merayakannya dengan meriah karena harus balapan hari ini.”

“Kita sudah menghabiskan waktu berkualitas di bupet semua-yang-bisa-kau-makan. Itu menyenangkan.” Chase sudah tidur dengan bahagia dan lebih lengkap dari babi.

“Aku tahu, tapi malam ini kupikir kita akan membuatmu keluar dari gayamu.” Cebikan Garret seperti anak berusia lima tahun yang baru saja diberitahu bahwa dia tidak bisa memiliki caranya sendiri.

“Garret, kita masih bisa pergi keluar. Kita hanya tidak bisa terlalu hancur sehingga tidak bisa bangun keesokan harinya.” Chase tahu pasti bahwa para penggemar telah membayar banyak uang, untuk perkara yang bagus, hanya untuk bertemu dengannya dan penunggang lain di acara amal dan foto-foto serta tanda tangan besok. Bukan berarti dia dan Garret tidak bisa memanjakan diri dengan satu atau dua botol bir malam ini.

“Yeah, kupikir kau benar. Kau pikir ID palsu milik Skeeter berfungsi di sini?” Saat dia bicara, pandangan Garret mengikuti langkah seorang gadis yang memakai celana ketat saat menaiki tangga sampai akhirnya duduk. Chase membaca cepat objek yang menjadi perhatian Garret, dan memutuskan pemandangan dari belakang ke depan terlihat sombong. Di samping itu, gadis itu seperti berusia 17 atau 18 tahun. Chase lebih suka gadis yang memiliki pengalaman hidup, dan sedikit bir di perutnya juga.

Dia tidak menentang garis. Dia hanya lebih suka gadis yang berada di tempat lain selain penyedia bir. Pinggul lebar, paha subur, pantat yang bagus, puting yang membuat pria memperhatikannya, itu semua benar-benar hal yang bagus, tapi dia tak bisa terlalu berpikir mengenai hal itu saat ini. Dia punya perjalanan yang harus dipersiapkan dan rencana dengan Garret.

Dia kembali memperhatikan pertanyaan Garret. “Aku tidak tahu soal Skeeter. Mereka sedikit lebih hati-hati dalam mengecek ID di sini daripada bar-bar yang biasanya kita kunjungi. Jika itu tidak berfungsi, kita hanya akan mengambil beberapa persediaan dan minuman di dalam ruangan.”

Garret menggerak-gerakkan mulutnya. “Yeah, tapi tak akan ada gadis di ruangan kita.”

Chase tertawa. “Akan ada jika kau mengundangnya.”

Temannya menyeringai sebagai respon. “Aku suka caramu berpikir.”

Menerima pujian Garred dengan anggukan, Chase melihat area di belakang papan seluncuran. Mereka semakin dekat untuk memulai putaran final. Beberapa orang Brazil pergi ke satu sisi pemanasan dan peregangan. Beberapa yang lainnya sibuk membuat persneling mereka siap. Beberapa penunggang kawakan muncul dari ruang loker. Mustang Jackson memposisikan dirinya di belakang tempat peluncuran di sebelah Slade Bower. Keduanya mulai mengoleskan gala pada tali mereka sebagai persiapan untuk balapan berikutnya. Meningatkan Chase untuk melakukan hal yang sama. Dia kembali ke pagar dan mengambil tali bantengnya di bagian penggantungan. Dengan sarung tangannya, dia mulai menggosok atas dan bawah porsi panjangnya yang akan ia lilitkan ke tangannya.

“Kusarankan kita bisa melakukan beberapa tembakan di ruangan kita, lalu turun ke kasino dan melihat apa, atau siapa yang ada di sekitar.” Garret mengikuti contoh dari Chase, berbalik menghadap pagar untuk menyiapkan talinya sendiri.

“Terdengar menyenangkan bagiku.” Saat Chase mengoleskan gala ke tali, membuatnya lengket agar cengkeramannya lebih baik selama balapan, suara keras penyiar menggema di seluruh dinding dan langit-langit ruang gua.

Pengendali hewan membebaskan banteng untuk putaran pertama dari kejuaraan ke tempat peluncuran, dan Chase merasakan gelombang adrenalin yang familiar sekarang mulai mengalir deras ke dalam aliran darahnya. Garret menatap dari atas bahunya ke arah gadis yang sebelumnya dilihatnya. “Kau pikir jika kita memintanya untuk kembali ke ruangan kita, dia akan bilang iya?”

“Mungkin.” Chase mengangkat bahu, sama sekali tidak tertarik dengan gadis itu. Dia mendongak dan mendapati Garret sedang mengerutkan dahi. “Apa?”

“Kau terdengar sangat tidak antusias.”

Mungkin karena Garret akan membicarakan tentang gadis itu selama 24 jam sehari jika dia membiarkannya. Chase sudah belajar untuk mengangguk dan setuju dengan Garret tanpa mendengarkannya dengan sungguh-sungguh.

“Maaf. Sepertinya aku terlalu fokus pada balapan.” Tidak bermaksud untuk menyinggung selera wanita Garret dan dirinya yang sangat berlawanan. Chase suka wanita yang berpengalaman. Gadis-gadis centil bisa membuat Garret bergairah, kecuali dalam keadaan khusus seperti terlalu banyak berkendara dengan banyak pria. Dalam kasus seperti itu, semuanya bertaruh Garret akan pergi dengan gadis berusia 12 tahun. Ujungnya, tahun lalu di Tulsa saat Garret telah pulang ke rumah dari bar dengan nomor telepon seorang wanita, normalnya dia tak akan melihatnya dua kali.

Gadis yang ada di stan tidak melakukan apapun untuk Chase, tapi dia melakukannya untuk temannya. Garret menatapnya sekali lagi sebelum fokus pada Chase. “Kau tahu, Chase. Kuharap kau sudah tidak tertarik lagi pada gadis itu.”

“Jenna? Tidak, tentu saja tidak.” Darimana asalnya pertanyaan itu? Chase memang tertarik, tapi itu setahun yang lalu. Setahun pada hari yang tepat. Dia bertemu dengannya di malam ulang tahunnya selama final tahun lalu, dan singkatnya setelah itu dia menemukan bahwa gadis itu berkencan dengan Slade Bower, sesama penunggang banteng dengan tingkat kecemburuan tinggi dan tinju untuk mengembalikannya.

“Aku melihat kau berbincang dengannya kemarin malam.”

Chase tertawa sejenak mendengar kecurigaan Garret. “Yeah, lalu? Kau berkirim pesan dengan Barb, teman Jenna sepanjang tahun.”

Garret menaikkan alisnya ragu-ragu. “Yeah, tapi hanya sekedar berkirim pesan. Dia tidak muncul di setiap pertandingan. Dan Jenna menulis buku itu tentangmu.”

“Jenna dan aku hanya teman, dan buku itu bukan tentangku tepatnya. Hanya novel roman yang berdasarkan pada penunggang banteng baru. Dia hanya berpikir ceritanya bagus.”

“Ya, terserahlah.” Garret menggelengkan kepalanya dan kembali pada talinya.

“Terserah.” Chase menirukan. Dia butuh beberapa teman baru. Dia juga harus bergerak karena bantengnya baru saja kelebihan muatan. Dia melepaskan talinya dari pagar. “Sampai jumpa di beberapa putaran.”

“Butuh bantuan?”

“Tidak, sepertinya Skeeter sudah berada di sana. Kau harus bersiap-siap untuk balapanmu sebentar lagi.”

“Baiklah. Cobalah untuk tidak terlalu banyak memakan kotoran saat kau terjatuh.” Garret menyeringai.

Chase tertawa. “Yeah, kau juga.”

Lonceng sapi yang terpasang di tali bantengnya menyentuh kotoran dengan gemerincing pelan. Chase terluka panjang di sekitar tangannya dan kepalanya menghadap tempat peluncuran. Saat dia sudah dekat, banteng di dalamnya mengkertak-kertukkan pagar. Tingkat adrenaline Chase langsung meningkat lebih tinggi. Dia menumpukan satu lututnya ke atas tanah dan berbicara cepat, berdoa dalam keheningan untuk balapan yang aman baginya dan banteng itu, lalu menaikinya. Setelah menyerahkan talinya pada pengendali binatang, dia menarik pelindung mulut dari saku rompi dan menyelinapkannya di antara giginya.

Secara mental Chase direview bagaimana balapannya akan berjalan nanti. Bantengnya diberi beban dan dikeluarkan dengan tangan kiri dari pintu gerbang, yang artinya hewan itu akan berputar dulu ke kiri kedalam tangan Chase yang menyetirnya. Jika Chase tetap memacunya dengan kaki luarnya, bantengnya diharapkan tidak berbalik arah. Dia harus tetap bertahan pada ujung talinya, mencoba untuk tidak tercebur ke dalam sumur dan menjaga pandangannya dari tanah. Banyak yang dipikirkan selama delapan detik tulang berjejal saat gagasan apapun terlihat sulit. Potongan kue.

Mengangkangi pagar besi, dia merendahkan dirinya di atas punggung hewan yang gugup itu. Skeeter membungkuk dan membantu talinya dengan kencang sehingga Chase bisa melilitkannya ke sekeliling sarung tangan kirinya. Dengan berat tubuhnya yang berpusat pada tulang punggung hewan itu, dia sudah siap.

“Chase Reese masuk kedalam Moonwalk. Ini adalah satu tingkat banteng, ditunggangi hanya selama dua kali dalam sepuluh kali keluar seri ini.”


Saat Chase mendengar penyiar mengucapkan namanya dan bicara tentang perjalanan berikutnya. Dia merasakan getaran biasa yang tidak pernah dialaminya pada saat yang lain dalam hidupnya, bahkan tidak pada saat dia bersama dengan seorang wanita. Masih takjub dengan apa yang harus dia lakukan untuk mata pencahariannya, Chase merasa seperti pria paling beruntung di dunia. Dengan gelora kebanggaan, dia sadar bahwa dia tak ingin melakukan apapun yang lain dan mengangguk pada penjaga gerbang.

Translated by Alya Feliz

Note:
Mau ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya pada @yulie_siska (akun wattpadnya), karena sudah ngasih tempat download novel-novel asing yang keren. Thanks karena udah jadi inspirasiku buat ikut-ikutan menerjemahkan novel buat mengasah kemampuan Bahasa Inggris. God bless you ;) 


Share this article :

+ comments + 1 comments

Apr 8, 2015, 10:11:00 AM

waww.. aku suka terjemahannya (y)

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015. OPEN MINDED - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger