Untuk kedua kalinya
dalam dua hari, Chase bangun dan harus menjeda sejenak untuk
menginventarisasikan. Dia benci bangun dengan perasaan seperti ini. Penasaran dengan sesuatu seperti dimana dia?
Kenapa mulutnya terasa seperti bir dan pepperoni basi? Apa yang terjadi kemarin
malam? Lebih penting lagi, siapa tubuh hangat yang menekan tubuhnya ini?
Tidak mungkin!
Kedua mata terbuka penuh dan otaknya terbangun sekarang, Chase melirik ke bawah
pada wanita di sampingnya. Tak perlu waktu lama baginya untuk mengenali rambut
coklat panjang yang terjatuh miring melewati dadanya. Dia menghembuskan nafas
lega.
Leesa. Semuanya datang kembali dengan terburu-buru
padanya. Dia tidak begitu mabuk kemarin malam. Setidaknya dia tidak berpikir
begitu. Dia ingat tak ingin terlalu mabuk di depan wanita itu. Jika sesuatu
telah terjadi dimanapun dengan wanita itu, dia ingin berada dalam keadaan
prima. Lebih dari itu, dia tak mempercayai teman-temannya yang lain di sekitar
wanita itu jika dia pingsan.
Chase tertidur dengan celana jins dan kaosnya, tapi ia
tak berpikir dirinya pingsan karena alkohol, hanya karena kelelahan sejak dia
belum pulih sepenuhnya dari malam sebelumnya. Ada ingatan mengenai Garret dan
Skeeter, agak mabuk, menghilang melalui pintu, meminta dua potongan terakhir pizza
lalu tidak pergi sampai Chase meminum satu tegukan bourbon dengan mereka. Atau
mungkin lebih seperti dua atau tiga tegukan?
Dua pria itu mengatakan pada Leesa mengenai pertandingan
dan bagaimana hebatnya mereka berdua menunggang, yang 90 persennya hanya
dilebih-lebihkan. Wanita itu mendengarkan dengan sabar lalu tertawa saat
Skeeter menyanyikan lagu yang memuat nama panggilannya. Leesa telah mabuk dua
gelas bir yang dibawakannya. Lalu Garret membawakannya gelas lain saat datang untuk
meminta pizza. Itu pasti bourbon dan soda, alih-alih bir di dalamnya.
Sial. Chase seharusnya lebih memperhatikan apa yang sudah
diberikannya pada wanita itu. Garret pasti sudah membuat minuman itu sangat
kuat setahu Chase. Dia melihat ke sosok yang tidur di sampingnya. Tak heran
jika wanita itu masih terus tidur. Kasihan.
Setelah gangguan dari Garret dan Skeeter, akhirnya dia
meyakinkan mereka sekali untuk pergi, setelah menyalakan televisi cukup lama.
Leesa sudah terlihat lelah dan terlalu mabuk baginya untuk membiarkannya pergi,
bukan berarti wanita itu berusaha pergi kemanapun. Wanita itu tampak sempurna
duduk di kamar dengannya. Lalu apa? Dia kira mereka tertidur di atas ranjang.
Televisinya sudah mati sekarang. Apa dia yang mematikannya kemarin malam? Apa
wanita itu? Dia tidak mengingatnya.
Dia benar-benar harus berhenti minum, karena dia agak
lelah mengumpulkan bersama-sama apa yang terjadi di malam sebelumnya keesokan
harinya. Apa yang dia yakini sekarang adalah bahwa tak ada kejadian lain yang
lebih dari dua ciuman itu, tepat sebelum pizza-nya datang. Jika memang terjadi
lebih, dia akan mengingatnya tanpa ragu lagi.
Leesa masih tidur dengan irama nafas yang dalam dan kuat.
Tak ingin mengganggunya, dia menggeserkan tubuhnya dari bawah wanita itu. Leesa
sedikit mengerang dan berguling, meringkuk kedalam bantal. Dia menyesal turun
dari ranjang lebih dari yang bisa ia bayangkan, tapi alam memanggil. Mungkin
dia bisa kembali menyelinap ke atas ranjang setelah ia selesai tanpa
membangunkannya. Benar-benar ide yang bagus.
Dia memegang kepalanya. Tak terlalu buruk. Tak ada sakit
kepala. Tak ada sakit kepala dan muntah akibat mabuk terlalu banyak. Yeah, dia
lelah dan sedikit terhuyung-huyung, tapi itu bisa jadi di jam awal. Dinilai
dari sinar abu-abu yang tersaring melalui tirai, matahari telah sedikit terbit.
Kemudian lagi, ini adalah Las Vegas. Cahaya yang datang melalui jendela bisa
jadi disebabkan karena neon, bukan alam.
Chase menggelengkan kepalanya saat ia tersandung menuju
ke kamar mandi. Dia akan dengan senang hati kembali ke ladang keluarganya.
Hidup ini menyenangkan. Perjalanan. Kota berbeda setiap minggu. Tapi dia akan
senang menikmati masakan rumahan dari ibunya setiap hari, dan mampu
membersihkan sistemnya dari junk food
dan alkohol yang telah ia libatkan akhir-akhir ini. Dia akan berlatih di rumah
setiap hari, lalu kembali musim depan dengan lebih ramping dan kejam dan siap
untuk menang.
Resolusi telah dibuat, Chase melakukan apa yang harus
dilakukannya di kamar mandi, termasuk mandi cepat. Dia memutuskan itulah yang
terbaik untuk menjadi bersih kalau-kalau Leesa terbangun merasakan asmara. Kau
tak pernah tahu, dan tidak menyakitkan untuk bersiap-siap. Setelah menyikat
giginya, Chase membuka pintu kamar mandi dengan tenang. Wanita itu masih tidur.
Bagus. Dia bisa merayap kembali kedalam ranjang dan wanita itu tak akan pernah
tahu dia tadi pergi. Bahkan jika mereka tidak berhubungan intim, dia masih
menyukai bangun di sebelah wanita itu. Rasanya menyenangkan.
Dengan salah satu handuk putih milik hotel yang
membungkus pinggangnya, Chase berjingkat kedalam kamar. Mereka tertidur kemarin
malam dengan lampu menyala, jadi dia tak punya masalah untuk menemukan sepasang
celana pendek di tumpukan baju bersih dalam tas ranselnya. Dia akan memakainya
alih-alih kembali memakai celana jinsnya. Mungkin juga nyaman, dan sejauh
aksesnya Leesa adalah orang yang bangun pagi, celana pendek jauh lebih baik
daripada celana jins.
Sial, seorang pria bisa bermimpi, kan? Chase menemukan
sepasang celana bokser pendek, tapi memutuskan bahwa itu terlalu intim. Dia
punya perasaan, wanita itu mungkin tak akan suka menemukannya hanya mengenakan
celana dalam di tempat tidur dengannya. Itu akan membuatnya terlihat lancang.
Meskipun fakta bahwa mereka telah melakukan sesuatu bersama di klub, dia tak
ingin mengira-ngira apapun karena hal itu.
Wanita itu berbeda sekarang, libur kerja. Selain itu,
klub telanjang dan lap dance sudah
menjadi bagian dari pekerjaannya. Chase tak ingin menjadi sebuah pekerjaan. Dia
ingin wanita itu menyukainya, menginginkannya, bersama dengannya karena wanita
itu ingin melakukannya, bukan karena seseorang membayarnya untuk melakukannya.
Dia menggali lebih jauh kedalam tumpukan yang campur
aduk, mencari celana pendek latihannya untuk dipakai. Sayangnya, dengan pulang
hanya sehari lagi, kebanyakan pakaiannya sudah kotor. Dia mulai malas dan
mencari tahu ia bisa membawa pakaian kotornya di sana dan mencucinya dengan
lebih mudah, daripada menempatkan sebuah tempat cuci otomatis.
Ini adalah Vegas. Ada cara yang jauh lebih baik untuk menghabiskan
waktunya daripada menonton pakaiannya berputar di lingkaran. Salah satu cara
itu sudah mendengkur ringan di tempat tidurnya. Pemikiran itu membuatnya
tersenyum, dan dia menggali dengan lebih antusias dari sebelumnya. Sial, jika
memang harus, dia akan mengambil celana pendek milik Garret. Pria itu memiliki
lebih banyak pakaian daripada kebanyakan gadis.
Chase berputar menghadap sisi ruangan Garret bermaksud
mencuri beberapa celana pendek, saat sesuatu yang silau tertangkap matanya. Di
lemari pakaian, tepat di depan cermin dan di bawah lampu, bertengger dua buah
cincin emas.
“Apa-apaan?” Chase bergerak lebih dekat dan mengambil
satu, lalu yang kedua. Salah satunya kecil, yang lainnya cukup besar yang cocok
dengan jarinya. Lalu dia melihat beberapa lembar kertas yang tergeletak di
bawah cincin itu. Dia mengambil kertas yang lebih kecil. Itu kuitansi untuk
satu upacara pernikahan dan dua pita emas, dibayar tunai dengan tanggal
kemarin.
Menelan ludah dengan keras, Chase mengambil kertas yang
lebih besar, secarik kertas yang lebih dekoratif. Di bagian atas, dengan cetakan
mewah tertulis Surat Nikah. Di
bawahnya, di bawah kata pengantin laki-laki adalah—astaga—namanya dicetak
dengan huruf tebal. Matanya memutar ke nama pengantin perempuan dan itu adalah—Leesa
Santiago. Tidak, dia tidak pernah mendengar nama belakang wanita itu, tapi
Leesa punya dua ‘E’ di dalamnya dan seberapa sering kau melihatnya?
Dia meneliti ke bawah halaman dan dan melihat lagi
tanggal kemarin dan segaris dengan tanda tangannya. Di sampingnya pasti tanda
tangan Leesa, dan di bawah itu adalah dua nama coret-coretan yang tidak dia
kenali terdaftar di bawah Saksi. Chase menggerakkan tangannya ke wajahnya,
mengusapnya dengan keras. Dia tidak mabuk sebanyak itu. Bagaimana bisa dia
cukup terbius untuk menikah? Dan bagaimana bisa dia tak ingat melakukannya? Dia
masih berdiri dengan hanya mengenakan handuk, mungkin dengan mulutnya yang
menganga, saat Leesa mulai ribut di atas ranjang. Dia berbalik dan melihat
wanita itu duduk dengan perlahan.
Dengan malas-malasan, wanita itu merentangkan tangannya. “Pagi.
Maaf soal kemarin malam. Kita berdua tertidur sambil menonton TV.”
Cincin dan surat nikah masih berada di tangannya, Chase
menelan ludah. “Rupanya semua itu bukanlah yang kita lakukan.”
Wanita itu mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”
“Kau juga tak mengingatnya?” Pakaian wanita itu dari
malam sebelumnya masih terpakai dengan lengkap, seperti miliknya tadi. Jadi
bahkan jika mereka entah bagaimana tersandung di lantai bawah dalam keadaan
mabuk, lalu keluar ke jalanan untuk menemukan 24 jam kapel pernikahan,
kemungkinan besar mereka tidak pulang setelahnya untuk berhubungan intim. Dia
senang akan hal itu. Tidak mengingat disentak adalah sesuatu hal, tapi dia
benar-benar ingin mengingat pertama kali mereka berhubungan intim.
Saat wanita itu melihatnya dengan bingung, banyak hal
yang telah mereka lakukan mulai menghantamnya. Mereka telah menikah. Terikat di
mata hukum dan negara bagian Nevada. Suami dan istri. Apa yang akan Leesa
pikirkan tentang hal itu saat akhirnya dia mengatakan padanya, apa yang telah
mereka lakukan? Akankah wanita itu ketakutan? Dan kenapa dia sendiri tidak
lebih ketakutan?
Itulah sesuatu yang sedang dipikirkan.
Menikah. Wow.
Sial, selama mereka sudah melakukannya, dia tidak
keberatan jika mencobanya sedikit. Seperti pada percobaan dasar, hanya untuk
mendapatkan rasanya. Hmm, dan mereka bisa secara hukum dan moral berhubungan
intim semau mereka. Bagian itu cukup bagus.
Wanita itu bangkit dari tempat tidur dan menyeberangi
kamar hanya dengan kaos kakinya. Dia ingat menyarankan wanita itu untuk
melepaskan sepatunya agar bisa merasa nyaman, saat mereka duduk di atas ranjang
menonton televisi. Berpikir mengenai hal itu, dia bangun tanpa sepatu botnya.
Melirik sekilas ke pintu, dia melihat sepatunya tergeletak di sana dimana dia
ingat meletakannya kemarin malam.
Apa mereka mengambil sumpah mereka kemarin malam dalam
keadaan mabuk dan bertelanjang kaki? Mungkin jika mereka berdua menggabungkan
ingatan itu, mereka bisa memecahkan misteri ini bersama-sama. Haruskah mereka
bertanya pada teman-temannya yang lain apakah mereka tahu apa yang telah
terjadi? Entah bagaimana hal terakhir mematikan yang ingin Chase lakukan adalah
mengakui hal ini pada Garret.
Apa Garret menghujani mereka dengan tegukan-tegukan
kemarin malam, sampai mereka sangat mabuk dan melakukan hal ini? Jika itu
masalahnya, Chase harus benar-benar membunuhnya kali ini. Itu untuk nanti. Saat
ini juga, Chase harus menyampaikan berita buruk—atau kemungkinan berita baik,
tergantung pada bagaimana kau melihatnya—pada pengantinnya.
Sebuah foto bernilai seribu kata-kata, atau dalam kasus
ini, adalah lisensi pernikahan. Dia mendorong surat nikah itu pada Leesa.
Wanita itu mengambilnya dan mengerutkan kening saat melihatnya, lalu kedua
matanya membelalak. Pandangannya menatapnya tajam.
“Dari mana kau mendapatkan ini?”
“Itu sudah berada di sini saat aku bangun. Menjadi satu
dengan kuitansi itu dan ini.” Dia memegang cincinnya. Ia memasukkannya pada
jari manis sebelah kirinya. “Pas.” Tidak sempurna, sedikit sempit, tapi itu ada
di jarinya dan sekali tubuhnya tidak terendam bir, mungkin itu akan sangat pas.
Dia menunjukkan cincin yang lebih kecil pada wanita itu.
Dia mengawasi saat tenggorokannya naik turun. Dengan perlahan, dia meraih
cincin itu, mengambil tangan kiri Leesa dan memasukkan cincinnya ke jarinya.
Sedikit besar dan berputar terlalu mudah, tapi cincin itu tetap berada di
jarinya tanpa jatuh saat wanita itu mengarahkannya ke bawah untuk menatapnya.
Tangan wanita itu sangat kecil, cincin itu mungkin ukuran terkecil yang mereka
punya saat memperhatikan sekilas.
“Punyamu juga pas.”
Dengan mereka berdua menggunakan cincin pernikahan, hal
ini lulai terasa sangat nyata sekarang. Wanita itu menatap cincinnya, lalu pada
kertas di tangannya.
“Bagaimana?” Wanita itu menatapnya dan menggelengkan
kepalanya.
Chase menggelengkan kepalanya. “Aku tak tahu. Aku tak
berpikir kita semabuk itu.”
Kedua mata wanita itu terbuka. “Ya Tuhan!”
“Apa?” Rasanya seperti hatinya terbang ke tenggorokannya.
“Semalam. Setelah kita berdua tertidur saat menonton televisi,
aku bangun. Aku punya sakit kepala yang mengerikan, tapi apa yang kupunya hanya
penawar rasa sakit itu di atas konter yang menyebabkan kantuk. Aku berdiri dan
mengambil dua pil.”
“Jadi?” Chase mengerutkan keningnya. “Itu tak akan
membuatmu tidur sambil berjalan ke kapel pernikahan dan menarikku bersamamu. Benarkan?”
Dia tidak seharusnya menggunakan kata “menarik”. Jika dia
pergi bersama wanita itu, dia punya perasaan akan melakukannya dengan senang
hati.
“Aku tak tahu. Mungkin aku telah mekalukannya.” Ada nada
panik dalam suara wanita itu. “Apa kau belum melihat iklan untuk resep obat
tidur? Dimana mereka memperingatkanmu bahwa menimum produk itu bisa menyebabkan
berkendara atau makan di malam hari dengan tanpa ingatan pada kejadian itu?”
Menghabiskan terlalu banyak waktu di kamar hotel menonton
televisi, yeah, dia sudah melihat iklan-iklan itu.
Dia hanya tak pernah berpikir itu benar-benar terjadi. “Oke,
mungkin itu menjelaskan kenapa kau tak mengingat, tapi itu tidak menjelaskan
aku...”
Kurangnya ingatannya akan harus menunggu karena wanita
itu berubah pucat. Leesa meraih sudut lemari pakaian. Dia menarik kedua lengan
wanita itu untuk menyokongnya. Dia tak pernah melihat seorang wanita benar-benar
pingsan sebelumnya, tapi dia punya firasat inilah mereka kelihatannya sebelum
mereka melakukannya.
Wanita itu tak mengatasi hal ini dengan baik seperti yang
diharapkannya. Jika dia harus jujur, dia akan mengakui bahwa dia tidak menyesal
hal ini telah terjadi. Dia ingin mengenal Leesa dengan lebih baik. Jauh lebih
baik. Dari satu sisi perbincangan mereka kemarin malam, dimana dia menanyakan
pertanyaan pribadi Leesa dan wanita itu kebanyakan menghindar untuk
menjawabnya, dia sadar bahwa ia tak menemukan cara untuk menahan wanita itu
lebih lama lagi dan dia mungkin tak pernah melihatnya lagi.
Ini adalah salah satu neraka dari cara yang kacau untuk
melakukannya, tapi dia akan mengambil kesempatan yang bisa dia dapatkan. Jika
dia bisa menyakinkan wanita itu untuk tinggal dengannya sampai mereka bisa
menyelidiki cara bercerai, atau pembatalan, atau apapun yang orang terbangun di
Vegas menikah dapatkan, dia mungkin bisa memenangkan kepercayaan wanita itu
sekali wanita itu harus mengenalnya.
Dia belum merencanakan memiliki istri, dan setelah mereka
meluruskan semua ini, dia tidak akan memilikinya. Seorang pacar adalah cerita
yang sangat berbeda. Memiliki pacar dalam perjalanan adalah sebuah tantangan.
Chase tahu itu. Tapi penunggang lain berhasil melakukannya. Mustang. Slade.
Mereka berdua memiliki pacar yang kuat dan serius. Chase menginginkan itu. Dia
yakin dia ingin mencobanya dengan Leesa.
Sementara itu, saat ini dia harus menenangkan kepanikan
yang muncul dalam diri wanita itu. “Dengar. Aku punya sebuah ide.”
Terlihat jauh lebih kecil dan tak berdaya dari yang
wanita itu punya saat berjalan sombong dengan sepatu hak tingginya mengelilingi
panggung, wanita itu mendongak padanya. “Apa?”
Ini adalah Leesa yang sebenarnya yang ia lihat sekarang.
Tidak aman. Takut. Meskipun dia mencurigai sisi gelapnya, satu-satunya yang
ditunjukkan wanita itu di atas panggung, ada di dalam dirinya di suatu tempat
juga. Pemikiran untuk melepaskan hal itu, menyaksikan dua bagian bersama-sama,
membuatnya merinding di dalam. Wanita itu setengah iblis, setengah malaikat,
dia sudah cukup menjadi pria dewasa untuk mengatasi mereka berdua. Jika saja
wanita itu memberinya kesempatan untuk membuktikannya. Yang membawanya ke
rencananya...
“Aku akan pulang ke rumah hari ini. Aku punya truk. Aku
tak akan berkendara dengan siapapun kali ini jadi aku akan sendirian. Kau ikut
denganku. Pamanku adalah seorang pengacara. Dia tinggal di kota yang sama
dengan orang tuaku. Kita akan membawa kertas-kertas ini dan menjelaskan padanya
apa yang terjadi. Dia akan tahu apa yang harus dilakukan. Oke?”
Masih terlihat linglung, wanita itu mengangguk. “Oke.”
Chase tertekan oleh sorakan kegembiraan. Dia tak tahu apa
yang telah terjadi kemarin malam, atau bagaimana mereka berakhir dengan berdiri
di sini dengan cincin emas dan surat nikah di antara mereka, tapi dia berniat
untuk mengambil keuntungan dari hadiah yang sudah dia berikan. Waktu. Hanya itu
yang dia butuhkan.
Tentu, mereka akan meluruskan masalah dan membatalkan
pernikahan, tapi banyak yang bisa terjadi di antara Vegas dan Oklahoma. Chase
tak sabar untuk menunggu apa itu.
TRanslated by Alya Feliz
Post a Comment