RIDE by CAT JOHNSON - BAB 7

April 11, 20150 comments

Untuk kedua kalinya dalam dua hari, Chase bangun dan harus menjeda sejenak untuk menginventarisasikan. Dia benci bangun dengan perasaan seperti ini.  Penasaran dengan sesuatu seperti dimana dia? Kenapa mulutnya terasa seperti bir dan pepperoni basi? Apa yang terjadi kemarin malam? Lebih penting lagi, siapa tubuh hangat yang menekan tubuhnya ini?

Tidak mungkin! Kedua mata terbuka penuh dan otaknya terbangun sekarang, Chase melirik ke bawah pada wanita di sampingnya. Tak perlu waktu lama baginya untuk mengenali rambut coklat panjang yang terjatuh miring melewati dadanya. Dia menghembuskan nafas lega.

Leesa. Semuanya datang kembali dengan terburu-buru padanya. Dia tidak begitu mabuk kemarin malam. Setidaknya dia tidak berpikir begitu. Dia ingat tak ingin terlalu mabuk di depan wanita itu. Jika sesuatu telah terjadi dimanapun dengan wanita itu, dia ingin berada dalam keadaan prima. Lebih dari itu, dia tak mempercayai teman-temannya yang lain di sekitar wanita itu jika dia pingsan.

Chase tertidur dengan celana jins dan kaosnya, tapi ia tak berpikir dirinya pingsan karena alkohol, hanya karena kelelahan sejak dia belum pulih sepenuhnya dari malam sebelumnya. Ada ingatan mengenai Garret dan Skeeter, agak mabuk, menghilang melalui pintu, meminta dua potongan terakhir pizza lalu tidak pergi sampai Chase meminum satu tegukan bourbon dengan mereka. Atau mungkin lebih seperti dua atau tiga tegukan?

Dua pria itu mengatakan pada Leesa mengenai pertandingan dan bagaimana hebatnya mereka berdua menunggang, yang 90 persennya hanya dilebih-lebihkan. Wanita itu mendengarkan dengan sabar lalu tertawa saat Skeeter menyanyikan lagu yang memuat nama panggilannya. Leesa telah mabuk dua gelas bir yang dibawakannya. Lalu Garret membawakannya gelas lain saat datang untuk meminta pizza. Itu pasti bourbon dan soda, alih-alih bir di dalamnya.

Sial. Chase seharusnya lebih memperhatikan apa yang sudah diberikannya pada wanita itu. Garret pasti sudah membuat minuman itu sangat kuat setahu Chase. Dia melihat ke sosok yang tidur di sampingnya. Tak heran jika wanita itu masih terus tidur. Kasihan.

Setelah gangguan dari Garret dan Skeeter, akhirnya dia meyakinkan mereka sekali untuk pergi, setelah menyalakan televisi cukup lama. Leesa sudah terlihat lelah dan terlalu mabuk baginya untuk membiarkannya pergi, bukan berarti wanita itu berusaha pergi kemanapun. Wanita itu tampak sempurna duduk di kamar dengannya. Lalu apa? Dia kira mereka tertidur di atas ranjang. Televisinya sudah mati sekarang. Apa dia yang mematikannya kemarin malam? Apa wanita itu? Dia tidak mengingatnya.

Dia benar-benar harus berhenti minum, karena dia agak lelah mengumpulkan bersama-sama apa yang terjadi di malam sebelumnya keesokan harinya. Apa yang dia yakini sekarang adalah bahwa tak ada kejadian lain yang lebih dari dua ciuman itu, tepat sebelum pizza-nya datang. Jika memang terjadi lebih, dia akan mengingatnya tanpa ragu lagi.

Leesa masih tidur dengan irama nafas yang dalam dan kuat. Tak ingin mengganggunya, dia menggeserkan tubuhnya dari bawah wanita itu. Leesa sedikit mengerang dan berguling, meringkuk kedalam bantal. Dia menyesal turun dari ranjang lebih dari yang bisa ia bayangkan, tapi alam memanggil. Mungkin dia bisa kembali menyelinap ke atas ranjang setelah ia selesai tanpa membangunkannya. Benar-benar ide yang bagus.

Dia memegang kepalanya. Tak terlalu buruk. Tak ada sakit kepala. Tak ada sakit kepala dan muntah akibat mabuk terlalu banyak. Yeah, dia lelah dan sedikit terhuyung-huyung, tapi itu bisa jadi di jam awal. Dinilai dari sinar abu-abu yang tersaring melalui tirai, matahari telah sedikit terbit. Kemudian lagi, ini adalah Las Vegas. Cahaya yang datang melalui jendela bisa jadi disebabkan karena neon, bukan alam.

Chase menggelengkan kepalanya saat ia tersandung menuju ke kamar mandi. Dia akan dengan senang hati kembali ke ladang keluarganya. Hidup ini menyenangkan. Perjalanan. Kota berbeda setiap minggu. Tapi dia akan senang menikmati masakan rumahan dari ibunya setiap hari, dan mampu membersihkan sistemnya dari junk food dan alkohol yang telah ia libatkan akhir-akhir ini. Dia akan berlatih di rumah setiap hari, lalu kembali musim depan dengan lebih ramping dan kejam dan siap untuk menang.

Resolusi telah dibuat, Chase melakukan apa yang harus dilakukannya di kamar mandi, termasuk mandi cepat. Dia memutuskan itulah yang terbaik untuk menjadi bersih kalau-kalau Leesa terbangun merasakan asmara. Kau tak pernah tahu, dan tidak menyakitkan untuk bersiap-siap. Setelah menyikat giginya, Chase membuka pintu kamar mandi dengan tenang. Wanita itu masih tidur. Bagus. Dia bisa merayap kembali kedalam ranjang dan wanita itu tak akan pernah tahu dia tadi pergi. Bahkan jika mereka tidak berhubungan intim, dia masih menyukai bangun di sebelah wanita itu. Rasanya menyenangkan.

Dengan salah satu handuk putih milik hotel yang membungkus pinggangnya, Chase berjingkat kedalam kamar. Mereka tertidur kemarin malam dengan lampu menyala, jadi dia tak punya masalah untuk menemukan sepasang celana pendek di tumpukan baju bersih dalam tas ranselnya. Dia akan memakainya alih-alih kembali memakai celana jinsnya. Mungkin juga nyaman, dan sejauh aksesnya Leesa adalah orang yang bangun pagi, celana pendek jauh lebih baik daripada celana jins.

Sial, seorang pria bisa bermimpi, kan? Chase menemukan sepasang celana bokser pendek, tapi memutuskan bahwa itu terlalu intim. Dia punya perasaan, wanita itu mungkin tak akan suka menemukannya hanya mengenakan celana dalam di tempat tidur dengannya. Itu akan membuatnya terlihat lancang. Meskipun fakta bahwa mereka telah melakukan sesuatu bersama di klub, dia tak ingin mengira-ngira apapun karena hal itu.

Wanita itu berbeda sekarang, libur kerja. Selain itu, klub telanjang dan lap dance sudah menjadi bagian dari pekerjaannya. Chase tak ingin menjadi sebuah pekerjaan. Dia ingin wanita itu menyukainya, menginginkannya, bersama dengannya karena wanita itu ingin melakukannya, bukan karena seseorang membayarnya untuk melakukannya.

Dia menggali lebih jauh kedalam tumpukan yang campur aduk, mencari celana pendek latihannya untuk dipakai. Sayangnya, dengan pulang hanya sehari lagi, kebanyakan pakaiannya sudah kotor. Dia mulai malas dan mencari tahu ia bisa membawa pakaian kotornya di sana dan mencucinya dengan lebih mudah, daripada menempatkan sebuah tempat cuci otomatis.

Ini adalah Vegas. Ada cara yang jauh lebih baik untuk menghabiskan waktunya daripada menonton pakaiannya berputar di lingkaran. Salah satu cara itu sudah mendengkur ringan di tempat tidurnya. Pemikiran itu membuatnya tersenyum, dan dia menggali dengan lebih antusias dari sebelumnya. Sial, jika memang harus, dia akan mengambil celana pendek milik Garret. Pria itu memiliki lebih banyak pakaian daripada kebanyakan gadis.

Chase berputar menghadap sisi ruangan Garret bermaksud mencuri beberapa celana pendek, saat sesuatu yang silau tertangkap matanya. Di lemari pakaian, tepat di depan cermin dan di bawah lampu, bertengger dua buah cincin emas.

“Apa-apaan?” Chase bergerak lebih dekat dan mengambil satu, lalu yang kedua. Salah satunya kecil, yang lainnya cukup besar yang cocok dengan jarinya. Lalu dia melihat beberapa lembar kertas yang tergeletak di bawah cincin itu. Dia mengambil kertas yang lebih kecil. Itu kuitansi untuk satu upacara pernikahan dan dua pita emas, dibayar tunai dengan tanggal kemarin.

Menelan ludah dengan keras, Chase mengambil kertas yang lebih besar, secarik kertas yang lebih dekoratif. Di bagian atas, dengan cetakan mewah tertulis Surat Nikah. Di bawahnya, di bawah kata pengantin laki-laki adalah—astaga—namanya dicetak dengan huruf tebal. Matanya memutar ke nama pengantin perempuan dan itu adalah—Leesa Santiago. Tidak, dia tidak pernah mendengar nama belakang wanita itu, tapi Leesa punya dua ‘E’ di dalamnya dan seberapa sering kau melihatnya?

Dia meneliti ke bawah halaman dan dan melihat lagi tanggal kemarin dan segaris dengan tanda tangannya. Di sampingnya pasti tanda tangan Leesa, dan di bawah itu adalah dua nama coret-coretan yang tidak dia kenali terdaftar di bawah Saksi. Chase menggerakkan tangannya ke wajahnya, mengusapnya dengan keras. Dia tidak mabuk sebanyak itu. Bagaimana bisa dia cukup terbius untuk menikah? Dan bagaimana bisa dia tak ingat melakukannya? Dia masih berdiri dengan hanya mengenakan handuk, mungkin dengan mulutnya yang menganga, saat Leesa mulai ribut di atas ranjang. Dia berbalik dan melihat wanita itu duduk dengan perlahan.

Dengan malas-malasan, wanita itu merentangkan tangannya. “Pagi. Maaf soal kemarin malam. Kita berdua tertidur sambil menonton TV.”

Cincin dan surat nikah masih berada di tangannya, Chase menelan ludah. “Rupanya semua itu bukanlah yang kita lakukan.”

Wanita itu mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

“Kau juga tak mengingatnya?” Pakaian wanita itu dari malam sebelumnya masih terpakai dengan lengkap, seperti miliknya tadi. Jadi bahkan jika mereka entah bagaimana tersandung di lantai bawah dalam keadaan mabuk, lalu keluar ke jalanan untuk menemukan 24 jam kapel pernikahan, kemungkinan besar mereka tidak pulang setelahnya untuk berhubungan intim. Dia senang akan hal itu. Tidak mengingat disentak adalah sesuatu hal, tapi dia benar-benar ingin mengingat pertama kali mereka berhubungan intim.

Saat wanita itu melihatnya dengan bingung, banyak hal yang telah mereka lakukan mulai menghantamnya. Mereka telah menikah. Terikat di mata hukum dan negara bagian Nevada. Suami dan istri. Apa yang akan Leesa pikirkan tentang hal itu saat akhirnya dia mengatakan padanya, apa yang telah mereka lakukan? Akankah wanita itu ketakutan? Dan kenapa dia sendiri tidak lebih ketakutan?

Itulah sesuatu yang sedang dipikirkan.

Menikah. Wow.

Sial, selama mereka sudah melakukannya, dia tidak keberatan jika mencobanya sedikit. Seperti pada percobaan dasar, hanya untuk mendapatkan rasanya. Hmm, dan mereka bisa secara hukum dan moral berhubungan intim semau mereka. Bagian itu cukup bagus.

Wanita itu bangkit dari tempat tidur dan menyeberangi kamar hanya dengan kaos kakinya. Dia ingat menyarankan wanita itu untuk melepaskan sepatunya agar bisa merasa nyaman, saat mereka duduk di atas ranjang menonton televisi. Berpikir mengenai hal itu, dia bangun tanpa sepatu botnya. Melirik sekilas ke pintu, dia melihat sepatunya tergeletak di sana dimana dia ingat meletakannya kemarin malam.

Apa mereka mengambil sumpah mereka kemarin malam dalam keadaan mabuk dan bertelanjang kaki? Mungkin jika mereka berdua menggabungkan ingatan itu, mereka bisa memecahkan misteri ini bersama-sama. Haruskah mereka bertanya pada teman-temannya yang lain apakah mereka tahu apa yang telah terjadi? Entah bagaimana hal terakhir mematikan yang ingin Chase lakukan adalah mengakui hal ini pada Garret.

Apa Garret menghujani mereka dengan tegukan-tegukan kemarin malam, sampai mereka sangat mabuk dan melakukan hal ini? Jika itu masalahnya, Chase harus benar-benar membunuhnya kali ini. Itu untuk nanti. Saat ini juga, Chase harus menyampaikan berita buruk—atau kemungkinan berita baik, tergantung pada bagaimana kau melihatnya—pada pengantinnya.

Sebuah foto bernilai seribu kata-kata, atau dalam kasus ini, adalah lisensi pernikahan. Dia mendorong surat nikah itu pada Leesa. Wanita itu mengambilnya dan mengerutkan kening saat melihatnya, lalu kedua matanya membelalak. Pandangannya menatapnya tajam.

“Dari mana kau mendapatkan ini?”

“Itu sudah berada di sini saat aku bangun. Menjadi satu dengan kuitansi itu dan ini.” Dia memegang cincinnya. Ia memasukkannya pada jari manis sebelah kirinya. “Pas.” Tidak sempurna, sedikit sempit, tapi itu ada di jarinya dan sekali tubuhnya tidak terendam bir, mungkin itu akan sangat pas.

Dia menunjukkan cincin yang lebih kecil pada wanita itu. Dia mengawasi saat tenggorokannya naik turun. Dengan perlahan, dia meraih cincin itu, mengambil tangan kiri Leesa dan memasukkan cincinnya ke jarinya. Sedikit besar dan berputar terlalu mudah, tapi cincin itu tetap berada di jarinya tanpa jatuh saat wanita itu mengarahkannya ke bawah untuk menatapnya. Tangan wanita itu sangat kecil, cincin itu mungkin ukuran terkecil yang mereka punya saat memperhatikan sekilas.

“Punyamu juga pas.”

Dengan mereka berdua menggunakan cincin pernikahan, hal ini lulai terasa sangat nyata sekarang. Wanita itu menatap cincinnya, lalu pada kertas di tangannya.

“Bagaimana?” Wanita itu menatapnya dan menggelengkan kepalanya.

Chase menggelengkan kepalanya. “Aku tak tahu. Aku tak berpikir kita semabuk itu.”

Kedua mata wanita itu terbuka. “Ya Tuhan!”

“Apa?” Rasanya seperti hatinya terbang ke tenggorokannya.

“Semalam. Setelah kita berdua tertidur saat menonton televisi, aku bangun. Aku punya sakit kepala yang mengerikan, tapi apa yang kupunya hanya penawar rasa sakit itu di atas konter yang menyebabkan kantuk. Aku berdiri dan mengambil dua pil.”

“Jadi?” Chase mengerutkan keningnya. “Itu tak akan membuatmu tidur sambil berjalan ke kapel pernikahan dan menarikku bersamamu. Benarkan?”

Dia tidak seharusnya menggunakan kata “menarik”. Jika dia pergi bersama wanita itu, dia punya perasaan akan melakukannya dengan senang hati.

“Aku tak tahu. Mungkin aku telah mekalukannya.” Ada nada panik dalam suara wanita itu. “Apa kau belum melihat iklan untuk resep obat tidur? Dimana mereka memperingatkanmu bahwa menimum produk itu bisa menyebabkan berkendara atau makan di malam hari dengan tanpa ingatan pada kejadian itu?”

Menghabiskan terlalu banyak waktu di kamar hotel menonton televisi, yeah, dia sudah melihat iklan-iklan itu.

Dia hanya tak pernah berpikir itu benar-benar terjadi. “Oke, mungkin itu menjelaskan kenapa kau tak mengingat, tapi itu tidak menjelaskan aku...”

Kurangnya ingatannya akan harus menunggu karena wanita itu berubah pucat. Leesa meraih sudut lemari pakaian. Dia menarik kedua lengan wanita itu untuk menyokongnya. Dia tak pernah melihat seorang wanita benar-benar pingsan sebelumnya, tapi dia punya firasat inilah mereka kelihatannya sebelum mereka melakukannya.

Wanita itu tak mengatasi hal ini dengan baik seperti yang diharapkannya. Jika dia harus jujur, dia akan mengakui bahwa dia tidak menyesal hal ini telah terjadi. Dia ingin mengenal Leesa dengan lebih baik. Jauh lebih baik. Dari satu sisi perbincangan mereka kemarin malam, dimana dia menanyakan pertanyaan pribadi Leesa dan wanita itu kebanyakan menghindar untuk menjawabnya, dia sadar bahwa ia tak menemukan cara untuk menahan wanita itu lebih lama lagi dan dia mungkin tak pernah melihatnya lagi.

Ini adalah salah satu neraka dari cara yang kacau untuk melakukannya, tapi dia akan mengambil kesempatan yang bisa dia dapatkan. Jika dia bisa menyakinkan wanita itu untuk tinggal dengannya sampai mereka bisa menyelidiki cara bercerai, atau pembatalan, atau apapun yang orang terbangun di Vegas menikah dapatkan, dia mungkin bisa memenangkan kepercayaan wanita itu sekali wanita itu harus mengenalnya.

Dia belum merencanakan memiliki istri, dan setelah mereka meluruskan semua ini, dia tidak akan memilikinya. Seorang pacar adalah cerita yang sangat berbeda. Memiliki pacar dalam perjalanan adalah sebuah tantangan. Chase tahu itu. Tapi penunggang lain berhasil melakukannya. Mustang. Slade. Mereka berdua memiliki pacar yang kuat dan serius. Chase menginginkan itu. Dia yakin dia ingin mencobanya dengan Leesa.

Sementara itu, saat ini dia harus menenangkan kepanikan yang muncul dalam diri wanita itu. “Dengar. Aku punya sebuah ide.”

Terlihat jauh lebih kecil dan tak berdaya dari yang wanita itu punya saat berjalan sombong dengan sepatu hak tingginya mengelilingi panggung, wanita itu mendongak padanya. “Apa?”

Ini adalah Leesa yang sebenarnya yang ia lihat sekarang. Tidak aman. Takut. Meskipun dia mencurigai sisi gelapnya, satu-satunya yang ditunjukkan wanita itu di atas panggung, ada di dalam dirinya di suatu tempat juga. Pemikiran untuk melepaskan hal itu, menyaksikan dua bagian bersama-sama, membuatnya merinding di dalam. Wanita itu setengah iblis, setengah malaikat, dia sudah cukup menjadi pria dewasa untuk mengatasi mereka berdua. Jika saja wanita itu memberinya kesempatan untuk membuktikannya. Yang membawanya ke rencananya...

“Aku akan pulang ke rumah hari ini. Aku punya truk. Aku tak akan berkendara dengan siapapun kali ini jadi aku akan sendirian. Kau ikut denganku. Pamanku adalah seorang pengacara. Dia tinggal di kota yang sama dengan orang tuaku. Kita akan membawa kertas-kertas ini dan menjelaskan padanya apa yang terjadi. Dia akan tahu apa yang harus dilakukan. Oke?”

Masih terlihat linglung, wanita itu mengangguk. “Oke.”

Chase tertekan oleh sorakan kegembiraan. Dia tak tahu apa yang telah terjadi kemarin malam, atau bagaimana mereka berakhir dengan berdiri di sini dengan cincin emas dan surat nikah di antara mereka, tapi dia berniat untuk mengambil keuntungan dari hadiah yang sudah dia berikan. Waktu. Hanya itu yang dia butuhkan.


Tentu, mereka akan meluruskan masalah dan membatalkan pernikahan, tapi banyak yang bisa terjadi di antara Vegas dan Oklahoma. Chase tak sabar untuk menunggu apa itu.

TRanslated by Alya Feliz 
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015. OPEN MINDED - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger