RIDE by CAT JOHNSON - BAB 5

April 9, 20150 comments

Chase menarik kursi besi di bawah meja dengan bunyi gesekan keras dan duduk dengan berat. Mabuknya dapat dikendalikan sekarang dengan makan, tapi dia tetap merasa bisa dengan mudahnya berbaring dan tidur sepanjang hari. Bahkan mungkin sampai besok saat dia pulang ke Oklahoma. Garret menjatuhkan diri ke dalam kursi lipat di depannya. Mereka duduk di dekat ruang belakang yang dipenuhi oleh 40 penunggang banteng, semua dalam satu sisi meja.

“Kau tahu, saat kita selesai dengan hal ini, kau akan memberi tahuku apa sebenarnya yang terjadi di ruang belakang itu.” Garret menarik spidol dari meja dan duduk siaga, siap untuk serangan gencar para fans saat pintu dibuka dan orang-orang dari segala umur, bentuk, dan ukuran mulai menyaringnya.

“Kenapa kau selalu membicarakan hal ini berulangkali?” Chase mengambil spidolnya sendiri dan menunggu juga, berharap bau tequile tidak menguar dari keringat yang keluar dari pori-porinya. Dia adalah panutan bagi para fans yang lebih muda, setidaknya. Dia tidak boleh tercium seperti baru saja memotong dirinya sendiri di lantai ruangan bar. “Aku sudah bilang, Garret. Tak ada yang terjadi.”

“Sesuatu seharusnya lebih baik terjadi. Aku membayarnya untuk itu juga. Aku benar-benar berharap kau mendapatkan tari pangkuan yang bagus setidaknya.”

“Bisakah kau diam? Mereka sudah membiarkan fans masuk.” Dengan kerutan dalam di dahi Garret, Chase memutuskan untuk lebih baik memuaskan pria itu dengan sesuatu, sebelum Garret meributkannya kembali kedalam klub dan meminta uang pengembalian.

Penglihatan dari apa yang benar-benar sudah terjadi memenuhi kepala Chase. Dia mendapatkan tarian di atas pangkuan, oke, ditambah beberapa hal, tapi dia tak akan memberitahukannya pada siapapun. “Jangan khawatir. Uangmu bermanfaat, oke?”

Garret terlihat senang dengan ungkapan itu. “Bagus, tapi sebenarnya kau yang mendapatkan manfaat dari uangku. Meskipun aku sendiri tidak bertindak terlalu parah dengan penari lainnya. Wanita itu memberikanku tari pangkuan di meja kita. Kami tidak perlu pergi ke ruang privat di belakang seperti yang kau lakukan untuk sedikit tambahan...”

Chase menendang temannya di bawah meja dengan tidak berperasaan dengan ujung sepatu botnya.

“Shh. Garret, orang-orang bisa mendengarmu.” Dia melirik sekilas ke wanita yang lebih tua yang mendekati meja penunggang kuda di dekat mejanya. Mudah-mudahan wanita itu memiliki pendengaran yang buruk.

Garret mengeluh. “Sial! Aku harap kegiatan ini tidak berlarut-larut. Aku hanya bisa sedikit membuka mataku.”

Melihat ke meja di pojok yang tertutup kaleng soda, Chase menyesal tidak mengambil satu sebelum duduk. Kafein terdengar cukup bagus saat ini. Yeah, dia tidur sampai siang, tapi dia tidak yakin pingsan karena mabuk sebelum matahari terbit setara dengan mendapatkan tidur malam yang berkualitas. Tidur sejenak kedengarannya bagus, tapi Chase ragu dia bisa tidur jika dia naik ke kamarnya dan berbaring setelah kegiatan ini. Dia tetap mengenang lagi dan lagi atas apa yang telah terjadi, bahkan sekarang, saat berada di depan publik. Dia hanya akan membayangkan rasanya lebih buruk jika sendirian di tempat tidur. Lelah hanyalah harga kecil yang harus dibayar untuk memori luar biasa kemarin malam. Dia tidak akan mengubah apapun. Dia menguap lebar.

“Bung, sebaiknya kau kembali.” Suara Garret terdengar sedikit panik. “Kakak Aaron keluar untuk mengambilkan bir dan bourbon sementara kita di sini. Aku harap bisa menemukan beberapa gadis seksi di sini yang akan kita undang ke kamar kita untuk pesta nanti.”

Chase tertawa. “Santai saja. Aku akan baik-baik saja sekali aku mendapatkan minuman.”

“Aku mendengarmu. Sedikit rambut anjing yang menggigitmu selalu membantu.” Garret menyeringai. “Aku akan memasukkan bir. Kau tak terlalu bagus dengan barang keras.”

Chase biasanya tidak meminum minuman keras. Kemarin malam adalah ulah Garret. “Aku sedang membicarakan tentang soda untuk beberapa kafein, tapi yah, aku akan meminum bir nanti.”

Jika saja dia bisa meminum alkohol. Seorang fan mendekati meja Chase dan pembicaraan Garret soal alkohol syukurlah sudah berakhir. Dalam satu atau dua jam ke depan, hanya akan ada senyuman dan tanda tangan dan setiap penunggang banteng dengan sikap terbaik mereka. Akan ada beberapa sesi foto dan pembicaraan kecil, yang selalu sama tak peduli berada di kota mana mereka. Bukan maksudnya Chase keberatan. Tanpa fans, olahraga itu bukanlah apa-apa kecuali sekumpulan pria yang menonton satu sama lain terlempat ke kotoran.

Akan lebih baik lagi jika meet and greet tidak diadakan setelah pesta pora semalam. Tapi itu bukanlah kesalahan fans. Jika dipikir-pikir lagi, itu juga bukan kesalahan Chase. Dia menunjukkan pandangan jijik lain pada Garret. Di antara menandatangani program dan t-shirt, dia berjanji akan merencanakan sesuatu untuk balas dendam. Chase hanya penasaran apa yang akan dia lakukan untuk membalas temannya, saat dia merasakan sepatu bot Garret mendendangnya. Dia memindahkan kakinya, menganggap itu hanyalah ketidaksengajaan, saat itu terjadi lagi.

Saat dia menyerahkan kembali t-shirt yang sudah ditanda tangani pada seorang fan dan menerima sebuah program event untuk ditanda tangani selanjutnya, dia melirik Garret sambil menoleh. “Bung, kenapa kau tetap menendangku?”

Saat tak kunjung mendapatkan jawaban, Chase mengembalikan program event yang sudah ditanda tangani pada wanita tua dan suaminya, lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Garret.

“Perhatikan wanita itu.” Garret mengedikkan kepalanya pada seorang wanita, yang berada setelah beberapa orang di belakang pasangan suami istri yang baru saja selesai dengan Chase. “Dia benar-benar gadismu.”

Garret tetap mencomblangkan bahkan saat dia tersenyum pada fan dan menuliskan namanya pada t-shirt untuk gadis itu.

“Apa?” Chase mengerutkan keningnya. Apa yang sedang dibicarakan oleh Garret?

“Gadis itu. Undang dia ke pesta malam ini. Dia terlihat seperti tipemu.”

Sekarang penasaran dengan apa yang dipikir Garret adalah tipenya, Chase akhirnya mengeceknya. Topi baseball wanita itu ditarik ke bawah melebihi matanya. Dia tidak bisa melihat sebagian besar wajahnya di bawah pinggiran topi, dan wanita itu masih cukup jauh, tapi dia cukup bisa melihat bahwa wanita itu imut.

Anehnya tak ada senyum di wajah wanita itu, dan tidak berinteraksi seperti layaknya fan. Dia dengan mudah berpindah dari satu penunggang ke penunggang lain, sampai wanita itu berdiri di depan pria yang ada di sebelah Chase. Wanita itu mendorong programnya dalam diam ke penunggang asal Brazil. Rambut yang tidak ditutupi topi berwarna coklat panjang dan lembut, seperti yang disukainya. Rambut itu berayun melewati bahunya, saat kepalanya berputar dan melihat sekilas ke arah pintu.

Wanita itu kembali mengambil program yang diserahkan padanya lalu mengambil langkah ke samping, sampai dia sampai di depan meja Chase. Dengan dia duduk dan wanita itu berdiri tepat di depannya, sekarang dia bisa melihat di bawah tepian topinya. Dia melihat mata hijau wanita itu terbuka lebar saat mengenal dirinya. Saat yang sama dengan dia mengenali wanita itu. Dia marah dengan reaksinya, terutama untuk mencegah Garret memperhatikan siapa wanita itu sebenarnya.

Berpakaian kaos dan celana jins dengan tanpa make up, dan jauh dari klub telanjang, kemungkinan bagus tak akan ada pria lain yang akan menghubungkan wanita itu dengan kemarin malam. Dia ingin tetap seperti itu. Chase tidak beraksi di luar, tapi di dalam ia bereaksi heboh. Nadinya mulai berdenyut kencang dan mulutnya mendadak kering. Tapi itu tidak mencegahnya melakukan satu hal yang disesalinya tidak dilakukannya kemarin malam.

Meraih program wanita itu, Chase bertanya. “Siapa namamu? Untuk siapa aku harus menandatangi ini?”

Dengan telapak tangan berkeringat, dia menunggu jawaban dari wanita itu, berharap wanita itu tidak menjawab sesuatu seperti, oh tanda tangani ini untuk ayahku, Bob. Seharusnya dia menanyakannya dengan kata-kata yang lebih baik. Apakah wanita itu datang untuk menemuinya secara khusus? Apa pria lainnya mengatakan pada wanita siapa mereka sebenarnya dan kemana mereka akan berada hari ini? Puluhan pertanyaan berlarian di kepalanya, tapi untuk sekarang dia harus menanyakan satu hal. Namanya.

Untuk beberapa alasan, wanita itu terlihat segugup dirinya. Dia melihat ujung lidah wanita itu keluar. Dia tidak bisa menggambarkan lidah itu di tempat lain, menjilat sesuatu yang lain. Sesuatu miliknya. Sesuatu yang mulai bangun.

Wanita itu ragu. “Namaku Leesa, dieja L-E-E-S-A.”

Suara wanita itu memotong jalan tepat melalui dirinya. Jika sebelumnya dia ragu dengan siapa wanita itu, semua terhapuskan saat dia mendengar wanita itu berbicara. Memori tentang suara itu di telinganya yang tidak lebih dari 12 jam sebelum menyebabkan reaksi yang mendalam, dan dia merasakan dirinya tegang bahkan lebih tegang lagi di dalam celana jinsnya.

Chase menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Berada dekat dengan wanita itu lagi kelihatannya menyebabkan sesuatu pada tenggorokannya. Dia tak pernah segugup ini di dekat seorang wanita dalam waktu yang lama. “Benar-benar nama yang bagus. Namaku Chase. Chase Reese.”

“Sedang bertemu denganmu, Chase.”

Senang bertemu denganmu?

Chase mengernyitkan dahinya. Wanita itu benar-benar berusaha untuk berpura-pura mereka tidak saling mengenal. Kenapa? Wanita itu berbicara dengan nada yang seperti tidak mengenal, tapi dia tidak mengontrol pandangan matanya seperti suaranya. Wanita itu mengingatnya. Wanita itu melihatnya lebih dekat, sampai dia melihat sekilas ke arah pintu sekali lagi. Hal itu menimbulkan pertanyaan lain. Kenapa dia bertingkah gugup? Siapa yang selalu dia cek di pintu masuk? Apa wanita itu memiliki pacar? Mungkin dia tak mau pacarnya melihatnya dengan pelanggannya yang begitu intim dengannya tadi malam? Atau mungkin dia tak mau bosnya atau rekan kerjanya melihatnya.

Mungkin tidak mengencani pelanggan adalah peraturan klub, bukan peraturan dari wanita itu. Jika itu masalahnya, kenapa dia berada di sini di tempat pertama? Mungkin wanita itu tidak bisa jauh darinya, seperti dirinya yang tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Apapun yang terjadi, dia tidak berniat untuk membiarkan wanita itu pergi lagi, meski dia tidak yakin bagaimana caranya agar wanita itu tetap berada di sekitarnya.

Sepatu bot Garret menendangnya lagi. Chase bersiap untuk memarahinya, sampai temannya berbisik. “Undang dia ke pesta.”

Para fans yang berniat mendapatkan tanda tangan Chase mulai berkerumun di belakang Leesa. Yang lainnya melangkahinya dan pindah ke depan Garret, lalu ke meja di sebelahnya. Sementara itu, Chase belum menandatangani program milik Leesa. Dia punya perasaan mengerikan sekali dia melakukannya dan mengembalikannya pada wanita itu, Leesa akan pergi dari hidupnya lagi. Dia tidak mau itu terjadi. Hal itu membuatnya mengesampingkan rasa malu atau ragu-ragu yang ia sembunyikan.

Dia menuliskan nama Leesa dengan tergesa-gesa, sesuatu yang berdampak terima kasih sudah menjadi fan lalu namanya di program itu, lalu mendongak. “Um, kami--teman-temanku yang lain—akan berpesta di lantai atas tepat setelah ini selesai. Tak ada yang spesial. Hanya beberapa bir, chips, dan lainnya, tapi dengan kami semua menginap di sini, kami punya semua lantai untuk kami sendiri, jadi pasti menyenangkan. Kau tahu, jika kau mau datang.” Dia mendapati dirinya menahan nafas untuk menunggu sebuah jawaban. “Apa kau ingin datang?”

Wanita itu menatap ke sekitar ruangan. “Kapan ini berakhir?”

Hatinya gugup dengan kegembiraan karena wanita itu mempertimbangkan untuk bertanya. “M&G biasanya berakhir sekitar satu jam atau lebih.”

“Lalu setelah itu kita bisa pergi ke lantai atas bersama-sama? Ke ruanganmu?”

Hatinya gugup dengan antisipasi. “Um, yeah. Saat aku selesai, kita bisa pergi ke lantai atas bersama-sama.”

Apa wanita itu terdengar gembira untuk pergi ke lantai atas dengannya, atau itu hanya khayalannya saja? Sebenarnya, wanita itu terdengar sedikit berhati-hati, tapi tak masalah. Seorang wanita harus berhati-hati saat diundang ke suatu tempat oleh pria yang jarang dilihatnya.

Leesa terlihat ragu sebelum bertanya. “Bisakah aku menunggumi di sini sampai kau selesai?”

Dari sudut matanya, Chase melihat Garret mengawasi diskusi itu dengan sedikit terlalu tertarik, tapi dia mengabaikannya. “Tentu. Kau bisa menunggu dengan makanan dan minuman, jika kau mau. Tak akan ada yang mengganggumu.”

“Oke, terima kasih.” Wanita itu meraih program yang sudah ditandatanganinya, tapi tidak punya kapasitas mental untuk mengingat tangan yang disodorkan padanya. Melewatkan penunggang lain yang tersisa, wanita itu langsung pergi ke meja yang berisi makanan dan minuman dan menyibukkan dirinya dengan soda.

“Ya Tuhan! Bagaimana kau bisa melakukannya?” suara Garret terdengar pelan dan terkejut sekali.

“Melakukan apa? Aku tak tahu apa yang kau bicarakan.” Chase melirik sekilas pada Garret, lalu mengambil program berikutnya dari seorang fan yang melangkah di depannya saat Leesa pergi. Dia tersenyum dan berpura-pura Garret tak ada di sana. “Siapa yang seharusnya kuajak?”

“Kau tahu tepatnya apa,” Garret kembali menggoda Chase meskipun harus memperhatikan penggemar di depannya.

“Ini dia. Terima kasih sudah datang.” Chase mengembalikkan program yang sudah ditandatangani pada anak laki-laki kecil yang berdiri malu-malu di depan mejanya, lalu kembali pada Garret, berharap pria itu mau diam. “Kita akan mendiskusikan ini nanti, oke?”

“Oke.” Garret menghembuskan nafas dengan keras.

Chase melihat pria itu menggelengkan kepalanya dan menatap ke meja tempat makanan dan minuman. Dia mengikuti pandangan Garret dan melihat Leesa masih berada di sana. Dia merasa lega karena wanita itu ternyata benar-benar menunggunya sampai selesai. Selama sesaat dia takut wanita itu tak akan melakukannya. Dia melihat Leesa merobek kantong yang berisi kue kering seolah-olah dia tidak makan selama berhari-hari, semuanya sementara pandangannya tetap menyapu ruangan, terutama pintu masuk. Ada hal aneh yang pasti terjadi, tapi setidaknya wanita itu akan pergi ke lantai atas dengannya. Dia akan mencari tahu hal itu—dan wanita itu—kemungkinan yang terjadi. Dia tidak berniat meninggalkan Vegas sampai dia melakukannya.

Seorang wanita memulai perbincangan yang lama dengan penunggang di sebelahnya, dalam Bahasa Portugis, dan menyebabkan jeda dalam prosesi fans di meja Chase. Saat fans yang tersisa menunggu di belakang wanita itu, Chase menggunakannya untuk memperkirakan berapa banyak orang lagi yang antri, dan seberapa cepat dia bisa keluar dari sini lalu pergi ke lantai atas dengan Leesa.

Selama pembacaannya pada kerumunan, dia melihat seorang gadis berdada besar dan memperlihatnya sebagian besar kulitnya. Leesa mungkin tipenya, dan dia heran Garret telah memakunya di kepalanya, tapi gadis ini sudah pasti tipe Garret. Kali ini, Chase yang mendorongnya.

Dia menyikut Garret dan menganggukkan kepalanya pada gadis yang berada di antrian itu. “Hei, ayo undang dia ke lantai atas.”

“Kenapa? Kau ingin dua wanita sekaligus untukmu sendiri?” Garret membersut.

“Bukan untukku. Untukmu, bodoh!” Chase ingin Garret bekerja agar dia menyingkir dari rambutnya dan Leesa, jika dia bisa mengaturnya. Mungkin dia bisa membuat mereka berada di ruangan Skeeter. Atau keluar di gang. Chase tidak peduli, selama dia memiliki waktu dengan Leesa untuk berbincang. Oke, berbincang dan mungkin beberapa hal lainnya juga.

Garret terlihat lebih senang dengan pemikiran akan memiliki gadis ini untuk dirinya sendiri. “Oke, keren. Aku akan mengundangnya. Kau harus tetap menutup mulutmu kali ini, Romeo.”

Bagus untuknya. Chase mengangguk. “Tak masalah.”

Melirik sekilas sekali lagi dan melihat Leesa masih di sana berkeliaran di pojok tempat makanan dan minuman, Chase tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum. Malam ini berpotensi untuk menjadi malam yang indah. 

Translated by Alya Feliz
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015. OPEN MINDED - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger