Chase menarik kursi
besi di bawah meja dengan bunyi gesekan keras dan duduk dengan berat. Mabuknya
dapat dikendalikan sekarang dengan makan, tapi dia tetap merasa bisa dengan
mudahnya berbaring dan tidur sepanjang hari. Bahkan mungkin sampai besok saat
dia pulang ke Oklahoma. Garret menjatuhkan diri ke dalam kursi lipat di
depannya. Mereka duduk di dekat ruang belakang yang dipenuhi oleh 40 penunggang
banteng, semua dalam satu sisi meja.
“Kau tahu, saat kita selesai dengan hal ini, kau akan
memberi tahuku apa sebenarnya yang terjadi di ruang belakang itu.” Garret
menarik spidol dari meja dan duduk siaga, siap untuk serangan gencar para fans
saat pintu dibuka dan orang-orang dari segala umur, bentuk, dan ukuran mulai
menyaringnya.
“Kenapa kau selalu membicarakan hal ini berulangkali?”
Chase mengambil spidolnya sendiri dan menunggu juga, berharap bau tequile tidak
menguar dari keringat yang keluar dari pori-porinya. Dia adalah panutan bagi
para fans yang lebih muda, setidaknya. Dia tidak boleh tercium seperti baru
saja memotong dirinya sendiri di lantai ruangan bar. “Aku sudah bilang, Garret.
Tak ada yang terjadi.”
“Sesuatu seharusnya lebih baik terjadi. Aku membayarnya
untuk itu juga. Aku benar-benar berharap kau mendapatkan tari pangkuan yang
bagus setidaknya.”
“Bisakah kau diam? Mereka sudah membiarkan fans masuk.”
Dengan kerutan dalam di dahi Garret, Chase memutuskan untuk lebih baik memuaskan
pria itu dengan sesuatu, sebelum Garret meributkannya kembali kedalam klub dan
meminta uang pengembalian.
Penglihatan dari apa yang benar-benar sudah terjadi memenuhi
kepala Chase. Dia mendapatkan tarian di atas pangkuan, oke, ditambah beberapa
hal, tapi dia tak akan memberitahukannya pada siapapun. “Jangan khawatir.
Uangmu bermanfaat, oke?”
Garret terlihat senang dengan ungkapan itu. “Bagus, tapi
sebenarnya kau yang mendapatkan manfaat dari uangku. Meskipun aku sendiri tidak
bertindak terlalu parah dengan penari lainnya. Wanita itu memberikanku tari
pangkuan di meja kita. Kami tidak perlu pergi ke ruang privat di belakang
seperti yang kau lakukan untuk sedikit tambahan...”
Chase menendang temannya di bawah meja dengan tidak
berperasaan dengan ujung sepatu botnya.
“Shh. Garret, orang-orang bisa mendengarmu.” Dia melirik
sekilas ke wanita yang lebih tua yang mendekati meja penunggang kuda di dekat
mejanya. Mudah-mudahan wanita itu memiliki pendengaran yang buruk.
Garret mengeluh. “Sial! Aku harap kegiatan ini tidak
berlarut-larut. Aku hanya bisa sedikit membuka mataku.”
Melihat ke meja di pojok yang tertutup kaleng soda, Chase
menyesal tidak mengambil satu sebelum duduk. Kafein terdengar cukup bagus saat
ini. Yeah, dia tidur sampai siang, tapi dia tidak yakin pingsan karena mabuk
sebelum matahari terbit setara dengan mendapatkan tidur malam yang berkualitas.
Tidur sejenak kedengarannya bagus, tapi Chase ragu dia bisa tidur jika dia naik
ke kamarnya dan berbaring setelah kegiatan ini. Dia tetap mengenang lagi dan
lagi atas apa yang telah terjadi, bahkan sekarang, saat berada di depan publik.
Dia hanya akan membayangkan rasanya lebih buruk jika sendirian di tempat tidur.
Lelah hanyalah harga kecil yang harus dibayar untuk memori luar biasa kemarin
malam. Dia tidak akan mengubah apapun. Dia menguap lebar.
“Bung, sebaiknya kau kembali.” Suara Garret terdengar
sedikit panik. “Kakak Aaron keluar untuk mengambilkan bir dan bourbon sementara
kita di sini. Aku harap bisa menemukan beberapa gadis seksi di sini yang akan
kita undang ke kamar kita untuk pesta nanti.”
Chase tertawa. “Santai saja. Aku akan baik-baik saja
sekali aku mendapatkan minuman.”
“Aku mendengarmu. Sedikit rambut anjing yang menggigitmu
selalu membantu.” Garret menyeringai. “Aku akan memasukkan bir. Kau tak terlalu
bagus dengan barang keras.”
Chase biasanya tidak meminum minuman keras. Kemarin malam
adalah ulah Garret. “Aku sedang membicarakan tentang soda untuk beberapa
kafein, tapi yah, aku akan meminum bir nanti.”
Jika saja dia bisa meminum alkohol. Seorang fan mendekati
meja Chase dan pembicaraan Garret soal alkohol syukurlah sudah berakhir. Dalam
satu atau dua jam ke depan, hanya akan ada senyuman dan tanda tangan dan setiap
penunggang banteng dengan sikap terbaik mereka. Akan ada beberapa sesi foto dan
pembicaraan kecil, yang selalu sama tak peduli berada di kota mana mereka.
Bukan maksudnya Chase keberatan. Tanpa fans, olahraga itu bukanlah apa-apa
kecuali sekumpulan pria yang menonton satu sama lain terlempat ke kotoran.
Akan lebih baik lagi jika meet and greet tidak diadakan setelah pesta pora semalam. Tapi itu
bukanlah kesalahan fans. Jika dipikir-pikir lagi, itu juga bukan kesalahan
Chase. Dia menunjukkan pandangan jijik lain pada Garret. Di antara
menandatangani program dan t-shirt, dia berjanji akan merencanakan sesuatu
untuk balas dendam. Chase hanya penasaran apa yang akan dia lakukan untuk
membalas temannya, saat dia merasakan sepatu bot Garret mendendangnya. Dia
memindahkan kakinya, menganggap itu hanyalah ketidaksengajaan, saat itu terjadi
lagi.
Saat dia menyerahkan kembali t-shirt yang sudah ditanda
tangani pada seorang fan dan menerima sebuah program event untuk ditanda tangani
selanjutnya, dia melirik Garret sambil menoleh. “Bung, kenapa kau tetap
menendangku?”
Saat tak kunjung mendapatkan jawaban, Chase mengembalikan
program event yang sudah ditanda tangani pada wanita tua dan suaminya, lalu
kembali mengalihkan perhatiannya pada Garret.
“Perhatikan wanita itu.” Garret mengedikkan kepalanya
pada seorang wanita, yang berada setelah beberapa orang di belakang pasangan
suami istri yang baru saja selesai dengan Chase. “Dia benar-benar gadismu.”
Garret tetap mencomblangkan bahkan saat dia tersenyum
pada fan dan menuliskan namanya pada t-shirt untuk gadis itu.
“Apa?” Chase mengerutkan keningnya. Apa yang sedang
dibicarakan oleh Garret?
“Gadis itu. Undang dia ke pesta malam ini. Dia terlihat
seperti tipemu.”
Sekarang penasaran dengan apa yang dipikir Garret adalah
tipenya, Chase akhirnya mengeceknya. Topi baseball wanita itu ditarik ke bawah
melebihi matanya. Dia tidak bisa melihat sebagian besar wajahnya di bawah
pinggiran topi, dan wanita itu masih cukup jauh, tapi dia cukup bisa melihat
bahwa wanita itu imut.
Anehnya tak ada senyum di wajah wanita itu, dan tidak
berinteraksi seperti layaknya fan. Dia dengan mudah berpindah dari satu
penunggang ke penunggang lain, sampai wanita itu berdiri di depan pria yang ada
di sebelah Chase. Wanita itu mendorong programnya dalam diam ke penunggang asal
Brazil. Rambut yang tidak ditutupi topi berwarna coklat panjang dan lembut,
seperti yang disukainya. Rambut itu berayun melewati bahunya, saat kepalanya
berputar dan melihat sekilas ke arah pintu.
Wanita itu kembali mengambil program yang diserahkan
padanya lalu mengambil langkah ke samping, sampai dia sampai di depan meja
Chase. Dengan dia duduk dan wanita itu berdiri tepat di depannya, sekarang dia
bisa melihat di bawah tepian topinya. Dia melihat mata hijau wanita itu terbuka
lebar saat mengenal dirinya. Saat yang sama dengan dia mengenali wanita itu.
Dia marah dengan reaksinya, terutama untuk mencegah Garret memperhatikan siapa
wanita itu sebenarnya.
Berpakaian kaos dan celana jins dengan tanpa make up, dan
jauh dari klub telanjang, kemungkinan bagus tak akan ada pria lain yang akan
menghubungkan wanita itu dengan kemarin malam. Dia ingin tetap seperti itu.
Chase tidak beraksi di luar, tapi di dalam ia bereaksi heboh. Nadinya mulai
berdenyut kencang dan mulutnya mendadak kering. Tapi itu tidak mencegahnya
melakukan satu hal yang disesalinya tidak dilakukannya kemarin malam.
Meraih program wanita itu, Chase bertanya. “Siapa namamu?
Untuk siapa aku harus menandatangi ini?”
Dengan telapak tangan berkeringat, dia menunggu jawaban
dari wanita itu, berharap wanita itu tidak menjawab sesuatu seperti, oh tanda
tangani ini untuk ayahku, Bob. Seharusnya dia menanyakannya dengan kata-kata
yang lebih baik. Apakah wanita itu datang untuk menemuinya secara khusus? Apa
pria lainnya mengatakan pada wanita siapa mereka sebenarnya dan kemana mereka
akan berada hari ini? Puluhan pertanyaan berlarian di kepalanya, tapi untuk
sekarang dia harus menanyakan satu hal. Namanya.
Untuk beberapa alasan, wanita itu terlihat segugup
dirinya. Dia melihat ujung lidah wanita itu keluar. Dia tidak bisa
menggambarkan lidah itu di tempat lain, menjilat sesuatu yang lain. Sesuatu
miliknya. Sesuatu yang mulai bangun.
Wanita itu ragu. “Namaku Leesa, dieja L-E-E-S-A.”
Suara wanita itu memotong jalan tepat melalui dirinya.
Jika sebelumnya dia ragu dengan siapa wanita itu, semua terhapuskan saat dia
mendengar wanita itu berbicara. Memori tentang suara itu di telinganya yang
tidak lebih dari 12 jam sebelum menyebabkan reaksi yang mendalam, dan dia
merasakan dirinya tegang bahkan lebih tegang lagi di dalam celana jinsnya.
Chase menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang
kering. Berada dekat dengan wanita itu lagi kelihatannya menyebabkan sesuatu
pada tenggorokannya. Dia tak pernah segugup ini di dekat seorang wanita dalam
waktu yang lama. “Benar-benar nama yang bagus. Namaku Chase. Chase Reese.”
“Sedang bertemu denganmu, Chase.”
Senang bertemu
denganmu?
Chase
mengernyitkan dahinya. Wanita itu benar-benar berusaha untuk berpura-pura
mereka tidak saling mengenal. Kenapa? Wanita itu berbicara dengan nada yang
seperti tidak mengenal, tapi dia tidak mengontrol pandangan matanya seperti
suaranya. Wanita itu mengingatnya. Wanita itu melihatnya lebih dekat, sampai
dia melihat sekilas ke arah pintu sekali lagi. Hal itu menimbulkan pertanyaan
lain. Kenapa dia bertingkah gugup? Siapa yang selalu dia cek di pintu masuk?
Apa wanita itu memiliki pacar? Mungkin dia tak mau pacarnya melihatnya dengan
pelanggannya yang begitu intim dengannya tadi malam? Atau mungkin dia tak mau
bosnya atau rekan kerjanya melihatnya.
Mungkin tidak mengencani pelanggan adalah peraturan klub,
bukan peraturan dari wanita itu. Jika itu masalahnya, kenapa dia berada di sini
di tempat pertama? Mungkin wanita itu tidak bisa jauh darinya, seperti dirinya
yang tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Apapun yang terjadi, dia tidak
berniat untuk membiarkan wanita itu pergi lagi, meski dia tidak yakin bagaimana
caranya agar wanita itu tetap berada di sekitarnya.
Sepatu bot Garret menendangnya lagi. Chase bersiap untuk
memarahinya, sampai temannya berbisik. “Undang dia ke pesta.”
Para fans yang berniat mendapatkan tanda tangan Chase
mulai berkerumun di belakang Leesa. Yang lainnya melangkahinya dan pindah ke
depan Garret, lalu ke meja di sebelahnya. Sementara itu, Chase belum
menandatangani program milik Leesa. Dia punya perasaan mengerikan sekali dia
melakukannya dan mengembalikannya pada wanita itu, Leesa akan pergi dari
hidupnya lagi. Dia tidak mau itu terjadi. Hal itu membuatnya mengesampingkan
rasa malu atau ragu-ragu yang ia sembunyikan.
Dia menuliskan nama Leesa dengan tergesa-gesa, sesuatu
yang berdampak terima kasih sudah menjadi
fan lalu namanya di program itu, lalu mendongak. “Um, kami--teman-temanku yang
lain—akan berpesta di lantai atas tepat setelah ini selesai. Tak ada yang
spesial. Hanya beberapa bir, chips, dan lainnya, tapi dengan kami semua
menginap di sini, kami punya semua lantai untuk kami sendiri, jadi pasti
menyenangkan. Kau tahu, jika kau mau datang.” Dia mendapati dirinya menahan
nafas untuk menunggu sebuah jawaban. “Apa kau ingin datang?”
Wanita itu menatap ke sekitar ruangan. “Kapan ini
berakhir?”
Hatinya gugup dengan kegembiraan karena wanita itu
mempertimbangkan untuk bertanya. “M&G biasanya berakhir sekitar satu jam
atau lebih.”
“Lalu setelah itu kita bisa pergi ke lantai atas
bersama-sama? Ke ruanganmu?”
Hatinya gugup dengan antisipasi. “Um, yeah. Saat aku
selesai, kita bisa pergi ke lantai atas bersama-sama.”
Apa wanita itu terdengar gembira untuk pergi ke lantai
atas dengannya, atau itu hanya khayalannya saja? Sebenarnya, wanita itu
terdengar sedikit berhati-hati, tapi tak masalah. Seorang wanita harus
berhati-hati saat diundang ke suatu tempat oleh pria yang jarang dilihatnya.
Leesa terlihat ragu sebelum bertanya. “Bisakah aku menunggumi
di sini sampai kau selesai?”
Dari sudut matanya, Chase melihat Garret mengawasi
diskusi itu dengan sedikit terlalu tertarik, tapi dia mengabaikannya. “Tentu.
Kau bisa menunggu dengan makanan dan minuman, jika kau mau. Tak akan ada yang
mengganggumu.”
“Oke, terima kasih.” Wanita itu meraih program yang sudah
ditandatanganinya, tapi tidak punya kapasitas mental untuk mengingat tangan
yang disodorkan padanya. Melewatkan penunggang lain yang tersisa, wanita itu langsung
pergi ke meja yang berisi makanan dan minuman dan menyibukkan dirinya dengan
soda.
“Ya Tuhan! Bagaimana kau bisa melakukannya?” suara Garret
terdengar pelan dan terkejut sekali.
“Melakukan apa? Aku tak tahu apa yang kau bicarakan.”
Chase melirik sekilas pada Garret, lalu mengambil program berikutnya dari
seorang fan yang melangkah di depannya saat Leesa pergi. Dia tersenyum dan
berpura-pura Garret tak ada di sana. “Siapa yang seharusnya kuajak?”
“Kau tahu tepatnya apa,”
Garret kembali menggoda Chase meskipun harus memperhatikan penggemar di
depannya.
“Ini dia. Terima kasih sudah datang.” Chase
mengembalikkan program yang sudah ditandatangani pada anak laki-laki kecil yang
berdiri malu-malu di depan mejanya, lalu kembali pada Garret, berharap pria itu
mau diam. “Kita akan mendiskusikan ini nanti, oke?”
“Oke.” Garret menghembuskan nafas dengan keras.
Chase melihat pria itu menggelengkan kepalanya dan
menatap ke meja tempat makanan dan minuman. Dia mengikuti pandangan Garret dan
melihat Leesa masih berada di sana. Dia merasa lega karena wanita itu ternyata
benar-benar menunggunya sampai selesai. Selama sesaat dia takut wanita itu tak
akan melakukannya. Dia melihat Leesa merobek kantong yang berisi kue kering
seolah-olah dia tidak makan selama berhari-hari, semuanya sementara pandangannya
tetap menyapu ruangan, terutama pintu masuk. Ada hal aneh yang pasti terjadi,
tapi setidaknya wanita itu akan pergi ke lantai atas dengannya. Dia akan
mencari tahu hal itu—dan wanita itu—kemungkinan yang terjadi. Dia tidak berniat
meninggalkan Vegas sampai dia melakukannya.
Seorang wanita memulai perbincangan yang lama dengan
penunggang di sebelahnya, dalam Bahasa Portugis, dan menyebabkan jeda dalam
prosesi fans di meja Chase. Saat fans yang tersisa menunggu di belakang wanita
itu, Chase menggunakannya untuk memperkirakan berapa banyak orang lagi yang
antri, dan seberapa cepat dia bisa keluar dari sini lalu pergi ke lantai atas
dengan Leesa.
Selama pembacaannya pada kerumunan, dia melihat seorang
gadis berdada besar dan memperlihatnya sebagian besar kulitnya. Leesa mungkin tipenya,
dan dia heran Garret telah memakunya di kepalanya, tapi gadis ini sudah pasti
tipe Garret. Kali ini, Chase yang mendorongnya.
Dia menyikut Garret dan menganggukkan kepalanya pada gadis
yang berada di antrian itu. “Hei, ayo undang dia ke lantai atas.”
“Kenapa? Kau ingin dua wanita sekaligus untukmu sendiri?”
Garret membersut.
“Bukan untukku. Untukmu, bodoh!” Chase ingin Garret
bekerja agar dia menyingkir dari rambutnya dan Leesa, jika dia bisa
mengaturnya. Mungkin dia bisa membuat mereka berada di ruangan Skeeter. Atau
keluar di gang. Chase tidak peduli, selama dia memiliki waktu dengan Leesa
untuk berbincang. Oke, berbincang dan mungkin beberapa hal lainnya juga.
Garret terlihat lebih senang dengan pemikiran akan
memiliki gadis ini untuk dirinya sendiri. “Oke, keren. Aku akan mengundangnya.
Kau harus tetap menutup mulutmu kali ini, Romeo.”
Bagus untuknya. Chase mengangguk. “Tak masalah.”
Melirik sekilas sekali lagi dan melihat Leesa masih di
sana berkeliaran di pojok tempat makanan dan minuman, Chase tidak bisa menahan
dirinya untuk tersenyum. Malam ini berpotensi untuk menjadi malam yang indah.
Translated by Alya Feliz
Post a Comment